“Banyak orang bisa memimpin proyek. Tapi hanya sedikit yang bisa memimpin manusia.”
Sejauh pengalaman saya memberikan training dan coaching, banyak profesional naik jabatan karena pintar mengelola proyek. Proyeknya berhasil dari sisi teknis, dan terlihat di permukaan yang nampak sukses. Tapi, setelah saya telusuri lebih dalam, ternyata hanya segelintir yang benar-benar berhasil memimpin manusia di balik proyek itu. Berhasil, tanpa cerita drama-drama di baliknya.
Studi Project Management Institute (PMI, 2021), menemukan bahwa kegagalan proyek sering lebih banyak disebabkan oleh pola yang sama. Yaitu masalah komunikasi (misalignment, konflik, misunderstanding lintas tim), dibandingkan oleh faktor teknis murni.
Di industri teknologi dan soft engineering misalnya, tantangan terbesar bukan sekadar menaklukkan data atau algoritma. Melainkan menggerakkan orang yang berbeda generasi, budaya, dan pola pikir.
Di sinilah jurang sering muncul: engineer yang cemerlang bisa tersandung saat harus memimpin tim, menyampaikan visi, atau mengambil keputusan dalam tekanan. Skill teknis jadi tidak cukup. Private Coaching Leadership & Communication hadir sebagai jalan sunyi. Mengapa? Karena ia jarang dibicarakan, tapi diam-diam menentukan siapa yang hanya “manager” dan siapa yang lahir sebagai pemimpin.
Di industri ritel, lain lagi ceritanya. Tekanan utamanya datang dari ritme operasional yang cepat, target penjualan harian, serta ekspektasi pelanggan yang terus berubah. Seorang manajer bisa saja mahir menghitung stok dan mengatur display took. Namun, ketika harus menyatukan tenaga kerja dengan latar belakang pendidikan dan motivasi yang sangat beragam, ia kewalahan. Pendekatan dan bahasa yang berbeda dengan kasir, merchandiser, ekspedisi, hingga supervisor, akan menjadi kunci kemampuan memimpin manusia.
Di dunia ritel, peran private coaching Leadership & Communication terasa krusial. Yaitu, membekali pemimpin agar bukan hanya menggerakkan angka, tapi juga menggerakkan hati dan energi timnya.
Kenapa Coaching, Bukan Training Biasa?
Training memberi pengetahuan. Coaching membuka jalan agar seseorang menemukan jawaban terbaiknya sendiri. Itulah mengapa private coaching terasa personal dan relevan, terutama bagi pemimpin atau karyawan yang sedang diproyeksikan naik level. Atau dipersiapkan jadi pemimpin masa depan.
Ini sejalan dengan Julie Starr (penulis The Coaching Manual). Katanya, “Coaching is about creating the environment that enables others to grow.” Private coaching memberi ruang aman bagi pemimpin untuk belajar, bereksperimen, dan berkembang.
Temuan dari ICF Global Coaching Study (2023, International Coaching Federation) sangatlah menarik. Mereka mendapatkan bahwa 86% organisasi yang menggunakan coaching melaporkan peningkatan kinerja individu. Sementara 70% menyatakan coaching berdampak signifikan pada efektivitas tim.