Saya tidak ingin terjebak dalam sinisme. Saya percaya Kompasiana adalah tempat yang luar biasa, dengan banyak penulis inspiratif yang tulus berbagi. Tapi seperti semua komunitas, ia tidak lepas dari dinamika sosial. Ada sistem tak terlihat. Mulai dari algoritma, jejaring pertemanan, waktu tayang, dan faktor manusiawi lainnya, yang kadang mengaburkan peta objektivitas.
Dan mungkin memang begitu adanya. Menulis di ruang publik bukan hanya soal konten, tapi juga soal konteks dan koneksi.
Namun asa tetap menyala. Karena pada akhirnya, saya menulis bukan untuk headline, bukan untuk banyak komentar, bukan untuk pengakuan. Saya menulis karena kata-kata adalah cara saya menyapa dunia dengan jujur. Saya menulis karena dalam sunyi pun, saya ingin didengar, meski oleh satu pembaca yang benar-benar membaca dengan hati.
Menemukan Ruang bagi yang Tak Pandai Menonjol
Kompasiana punya kekuatan yang jarang dimiliki media lain: komunitas yang hidup dan terus belajar. Tapi, agar tetap relevan dan inklusif, perlu ada ruang untuk keberagaman gaya dan kepribadian. Tidak semua penulis mampu, atau ingin, bermain di lapangan sosial yang hingar-bingar. Ada juga yang memilih jalan sunyi. Menulis dengan kualitas, lalu mundur sejenak, membiarkan kata-kata bekerja dengan caranya sendiri.
Kita butuh lebih banyak ruang apresiasi bagi mereka. Mungkin bisa berupa kanal "Konten Reflektif Terpilih", atau badge khusus untuk tulisan yang dinilai unggul secara kedalaman, bukan popularitas. Atau cukup dengan menguatkan algoritma internal agar kualitas isi lebih diutamakan dibanding faktor eksternal, seperti waktu tayang atau frekuensi komentar.
Karena dalam ruang yang ideal, semua gaya menulis dan semua kepribadian punya tempat untuk tumbuh, dan bertumbuh.
Bagi Introvert, Menulis Adalah Bentuk Bertahan
Bagi penulis introvert, menulis adalah cara bertahan dari kegaduhan. Ia bukan jalan untuk tampil, melainkan jalan untuk tetap hadir, dalam versi terbaik yang bisa kami berikan. Dan saat tulisan itu mendapat ruang, bukan karena jejaring atau basa-basi, melainkan karena kualitas dan ketulusan. Nah, di situlah harapan tentang keadilan konten warga tetap hidup.
Kepada para editor, pembaca, dan sesama penulis: mari saling merawat ruang ini. Tak semua yang diam itu pasif. Tak semua yang jarang menyapa itu tak peduli. Kadang, yang paling dalam adalah yang paling senyap.
Dan untuk para penulis yang merasa tak terlihat, ingatlah: jika tulisanmu jujur, bermakna, dan membawa kebaikan, ia akan menemukan jalannya. Mungkin tidak sekarang, tapi kelak, ia akan menyentuh hati yang tepat.
Salam sunyi penuh makna,
Dari seorang penulis ekstrovert buat para penulis introvert, yang tetap menulis, meski jarang bersuara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI