"APBN itu ibarat tubuh kita. Kalau pemasukan nutrisi kurang, tapi jajan terus, yang ada kena anemia fiskal. Jadi, kuncinya bukan diet populis, tapi hidup sehat fiskal!"
Lagi-lagi, nasib APBN kita mirip anak muda kost-kostan yang habis gajian, langsung kalap jajan, eh... tahu-tahu tanggal tua, dompet kosong. Yup, di dua bulan pertama tahun 2025 ini, APBN kita resmi masuk kategori "ngos-ngosan". Berat di nafas !
Pemasukan negara cuma Rp316,9 triliun, sementara pengeluarannya sudah tembus Rp348,1 triliun. Defisitnya? Rp31,2 triliun! Ini pertama kalinya APBN tekor di awal tahun sejak empat tahun terakhir.
Ibarat orang yang berusaha diet, tapi tiap malam ngemil martabak, ya... gagal total.
Kenapa bisa begini?
Ternyata, sejak Presiden Prabowo mengumumkan postur kabinetnya Oktober 2024 lalu, pemerintah langsung gaspol menjalankan program-program yang 'berat di ongkos'. Salah satunya, Program Makan Bergizi Gratis yang ditujukan untuk anak sekolah dan ibu hamil. Baru jalan dua bulan, duit yang keluar sudah Rp710,5 miliar. Dan ini baru permulaan! Target anggaran tahun ini dinaikkan dari Rp71 triliun jadi Rp171 triliun.
Luar biasa bukan? Programnya makan bergizi, tapi APBN malah kena anemia fiskal.
Di sisi lain, pemasukan negara lagi lesu. Pajak yang diharapkan bisa jadi andalan, malah tersendat gara-gara sistem Coretax yang katanya canggih, tapi bikin wajib pajak malah bingung lapor dan bayar. Ibarat beli smartphone terbaru, eh... malah error update sistem.
Dari Perspektif Risk Management:
Kalau APBN ini manusia, dia lagi kena "Anemia Fiskal".
* Pemasukan rendah = Kurang zat besi
* Pengeluaran tinggi = Kolesterol naik
* Program Makan Bergizi Gratis = Gula darah tinggi