Dalam hadis di atas, Rasulullah juga menyebut bahwa Allah mencintai hamba yang ghaniyyul qalb - kaya hatinya. Kekayaan hati adalah bentuk kepuasan batin yang tidak bergantung pada materi atau status sosial. Orang yang kaya hatinya tidak iri terhadap kesuksesan orang lain dan tidak sibuk membandingkan dirinya dengan orang lain.
Kekayaan hati juga menjadikan seseorang selalu bersyukur dan tenang dalam menghadapi kehidupan. Sebaliknya, mereka yang selalu mengejar ketenaran dan pengakuan publik sering kali berakhir dalam kekecewaan, sebab pujian manusia bersifat sementara dan penuh kepalsuan.
Keutamaan Menjadi Hamba yang Tersembunyi
Di era digital ini, banyak orang berlomba-lomba mencari perhatian di media sosial. Ketenaran menjadi tujuan, dan eksistensi diukur dari jumlah pengikut dan likes. Namun, Rasulullah justru menekankan bahwa Allah lebih mencintai hamba yang tersembunyi - mereka yang beribadah tanpa ingin dikenal, yang berbuat baik tanpa ingin dipuji.
Para ulama terdahulu seperti Imam Al-Ghazali dan Imam An-Nawawi adalah contoh nyata dari sosok yang tidak mencari ketenaran, tetapi Allah mengangkat derajat mereka karena keikhlasan dan ilmu mereka. Mereka berusaha menjaga niat agar tidak ternodai oleh riya'Â (pamer) dan sum'ah (mencari popularitas).
Bagaimana Kita Bisa Mengamalkannya?
* Fokus pada keikhlasan. Setiap amal ibadah harus dilakukan semata-mata karena Allah, bukan untuk mendapat pujian manusia. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:
"Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharap keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dan tidak pula (ucapan) terima kasih dari kamu."Â (QS Al-Insan: 9)
Seorang bijak pernah berujar, "Keikhlasan tak butuh panggung, cukup hati yang yakin dan Allah yang melihat."
* Menghindari perilaku riya'. Riya' adalah penyakit hati yang dapat menghapus amal. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu introspeksi dan memperbaiki niat.
* Berbuat kebaikan dalam diam. Amalan yang dilakukan secara diam-diam lebih berharga di sisi Allah. Seperti kisah para wali Allah yang lebih memilih beribadah dalam kesunyian daripada dalam sorotan publik.
* Menjaga hati dari cinta dunia berlebihan. Terlalu mengejar ketenaran dunia bisa membuat kita lalai dari tujuan akhir, yaitu meraih rida Allah.