"Cinta sejati kepada Allah tak mengenal lelah, tak meminta jeda, dan tak terhenti oleh usia. Ia terus menyala, bahkan ketika napas hampir tiada."
Orang berprestasi tak perlu validasi,
karena karyanya adalah saksi,
bukan sorak-sorai yang menyalakan api,
melainkan cahaya dari dalam diri.
Orang sukses tak perlu pengakuan,
tak haus tepuk tangan atau sanjungan,
sebab puncak tertinggi bukan di bibir manusia,
tetapi dalam tenang batin yang setia.
Orang jujur tak mudah bersumpah,
sebab kebenaran tak butuh kata mewah,
ia bersinar sendiri dalam bening sikap,
tanpa perlu janji yang berlapis harap.
Orang benar tak butuh pembenaran,
karena keadilan bukan sandiwara,
bukan lantang suara yang menuntut benar,
tetapi langkah teguh tanpa gentar.
Orang tulus tak akan menyesal,
sebab ikhlas adalah jejak abadi,
tiada kehilangan dalam memberi,
karena cinta adalah kekal, bukan rugi.
Orang dermawan tak mengharap kembali,
bukan angka yang ia hitung rapi,
tetapi ridha yang mengalir murni,
seperti sungai yang tak menanti puji.
Dan seorang pecinta tak akan lelah,
mencintai sepenuh jiwa dan arah,
karena cinta sejati bukan soal memiliki,
tetapi memberi tanpa henti.
Maka seorang hamba yang mencintai Allah,
tak akan letih meski tubuh lelah,
ibadahnya adalah pelita suci,
menyala hingga hembusan napas terakhir pergi.
Ia memburu waktu dengan hati yang gemetar,
sadar ajal semakin mendekat dan menyebar,
namun semakin renta, semakin ia teguh,
khawatir mati dalam lengah dan lumpuh.
Karena cinta sejati bukanlah istirah,
tetapi perjalanan yang tak kenal lelah,
dan siapa yang mencintai-Nya dengan seluruh rasa,
akan tetap sujud meski tubuh tak lagi berdaya.