Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Transformative Human Development Coach | Penulis 4 Buku

Agung MSG – 🌱 Transformative Human Development Coach ✨ Mendampingi profesional bertumbuh lewat self-leadership, komunikasi, dan menulis untuk reputasi. 📚 Penulis 4 buku dan 1.400+ artikel inspiratif di Kompasiana. 💡 Penggagas HAI Edumain – filosofi belajar dan berkarya dengan hati, akal, dan ilmu. 📧 agungmsg@gmail.com | 🔗 bit.ly/blogagungmsg | 📱 @agungmsg 🔖 #TransformativeCoach #LeadershipWriting #GrowWithAgung “Menulis bukan sekadar merangkai kata, tapi merawat jiwa dan meninggalkan jejak makna.”

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Untuk Pertama Kali, Lebaran Ini Aku Sungkeman di Pusaran

8 April 2024   17:05 Diperbarui: 8 April 2024   17:19 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sungkeman di Pusaran Kenangan | Foto: dokumentasi pribadi

"Di antara kenangan yang kita ukir, sungkeman adalah doa yang kita panjatkan dalam diam."

Dalam perjalanan panjang kehidupan ini, orang tua bagiku adalah kampung halaman. Mereka adalah kehangatan dalam dinginnya dunia, dan kenyamanan saat badai menggoyahkan perahu jiwa.

Dalam pelukan mereka, terkhusus dengan ibu, aku menumpahkan segala perasaan, bercerita tentang diri, pekerjaan, keluarga, dan nafas kehidupan. Sosok terindah yang selalu kubutuhkan dan kurindukan, dan tak tergantikan.

Kasih sayang mereka bagaikan sungai yang mengalir deras, tak kenal waktu dan zaman. Cintanya seperti mata air jernih, menghilangkan dahaga kegalauan dalam jiwa dan rasa.

Namun, menjelang Idul Fitri seperti sekarang, kebahagiaan bagi mereka yang masih memiliki orang tua sebagai kampung halaman adalah bahagia tak terhingga. Bersilaturahmi, bersimpuh, meminta maaf, dan memeluk hangat adalah upaya sungkeman yang biasa dilakukan, menangis hingga hati terasa tenang dan tentram.

Sungkeman bukan sekadar tradisi, ia adalah keindahan, kehangatan, dan dalamnya makna ikatan kehormatan serta kekeluargaan. Ini adalah wujud penghormatan, kerendahan hati, dan permohonan maaf yang tulus kepada ibu dan bapak.

Namun, di lebaran ini, aku hanya bisa sungkeman di pusaran. Kamis sore kemarin, aku hanya bisa memandang dan memeluk kuburan mereka, membersihkannya dengan penuh kasih sayang seperti yang selama ini mereka lakukan padaku.

Tradisi sungkeman bukan hanya sekadar saling memaafkan, tetapi juga wadah untuk menyampaikan rasa terima kasih, rida, restu, dan doa agar ke depan semuanya menjadi lebih baik.

Mungkin aku tak bisa lagi merasakan hangatnya tangan mereka, atau mendengar nasihat bijak dan suara doa-doa indah yang mereka panjatkan. Namun, aku yakin, mereka selalu hadir dalam doa-doa terbaikku. Aku pun bersyukur, kerapnya ibuku menemuiku dalam mimpi yang indah. 

Lebaran ini, sungkemanku kupanjatkan dalam doa di sajadah panjang. Lalu, seperti hari sore kemarin, kupanjatkan doa di pusaran. Itu adalah cinta yang abadi, terukir di dalam hati yang takkan pudar oleh waktu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun