Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Selalu saja ada satu cara yang lebih baik, dan lebih baik lagi dengan berbagi

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Tangisan yang Tulus: Ungkapan Cinta dan Kerendahkan Hati

1 Juni 2023   22:16 Diperbarui: 1 Juni 2023   22:23 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangisan: Bahasa Jiwa yang Menyentuh | pexels.com/omar alnahi

Apakah kita menangis dalam salat, ketika kita merasakan getaran dalam dada kita saat berkomunikasi dengan Allah?

Apakah kita dengan sukacita mendengarkan atau membaca Al-Qur'an, sehingga air mata kita tak terbendung lagi? Dan ingatlah bagaimana Allah akan mendatangkan Nabi Muhammad SAW sebagai saksi atas diri kita. Lalu, berharaplah kita pada Allah yang Mahaperkasa dan Mahabijaksana agar Dia mengampuni kita. Apakah kita lupa saat Rasulullah menitikkan air mata, ketika kedua tangannya terangkat dan berdoa, "Ya Allah, selamatkanlah umatku, selamatkan umatku"?

Apakah kita menangis saat berada di pemakaman, tempat terakhir kenikmatan dan hiasan dunia, dan awal dari kehidupan sejati di akhirat? Apakah kita menangis ketika kita mengunjungi kuburan ibu, orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang-orang yang dicintai jiwa kita? Dan di hadapan kuburannya, apakah air mata kita mengalir, dan hati kita merasa sedih, tanpa mengucapkan apapun kecuali yang diridai oleh Rabb kita?

Apakah kita menangis atau air mata kita mengalir, ketika mendengar kisah para syuhada yang gugur di medan perang? Atau kisah-kisah keheroikan yang menggetarkan? Apakah air mata kita meluap dan hati kita terguncang saat melihat gambaran orang yang meninggal dalam keadaan yang mulia, seperti setelah melaksanakan salat berjamaah, meninggal ketika akan naik mimbar atau sedang berdakwah, atau sementara membaca Al-Qur'an di majelis ilmu, dan khusnul khotimah?

Apakah hati kita suci, begitu lembut, mulia, sehingga air mata kita dengan mudah mengalir ketika kita mengunjungi orang yang sakit? Atau apakah kita meneteskan air mata dengan mata berkaca-kaca saat mengunjungi orang sakit karena usia atau saat mendekati ajalnya? Atau bahkan tidak mampu menahan air mata ketika menjenguk orang yang telah meninggal dunia?

Apakah kita menyadari keutamaan tangisan karena takut kepada Allah? Dan apakah kita ingat bahwa akan ada hari tanpa naungan kecuali naungan-Nya? Apakah saat kita berdzikir dalam keheningan dan kesendirian, air mata kita mengalir?


Apakah selama ini tangisan kita telah menjadi tangisan yang benar dan terpuji, karena tangisan itu timbul dari rasa takut kepada Allah yang Mahaagung? Apakah kita menangis dalam keadaan yang bagaimana kita akan kembali kepada-Nya dan berdiri di hadapan-Nya? Apakah kita menangis dengan harapan bahwa kelak kita akan mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad SAW yang kita cintai?

Maka, jadilah orang yang mudah menangis, karena tangisan itu adalah bahasa jiwa yang menyentuh hati. Tangisan yang memperlihatkan kelemahan kita sebagai hamba yang bergantung sepenuhnya kepada-Nya. Air mata yang mengalir adalah cermin dari kerendahan hati dan kerinduan yang dalam untuk mendekatkan diri dengan Allah Yang Maha Kuasa.

Jadilah orang yang tangisanmu menceritakan tentang kebesaran Allah, kekuatan cintamu kepada-Nya, dan kerinduanmu untuk mendapatkan rida-Nya. Jadilah orang yang tangisanmu melambangkan kerelaan untuk meninggalkan dosa-dosa, memperbaiki kesalahan, dan berlari mendekati-Nya.

Karena pada akhirnya, tangisan yang tulus adalah ungkapan kecintaan yang terpancar dari jiwa yang penuh iman. Ia menggetarkan jiwa dan menyentuh hati, memberikan nilai keindahan hati dan kemuliaan jiwa, serta menjadi bukti kelembutan hati dan kesetiaan kita sebagai hamba-Nya.

Air mata yang mengalir adalah bukti kesadaran akan keterbatasan dan dosa-dosa kita. Ia adalah tanda penyesalan yang tulus dan kerinduan yang dalam untuk berada dalam naungan-Nya. Tangisan itu mengungkapkan kepedihan yang tidak terungkapkan dengan kata-kata dan membebaskan jiwa dari beban yang menyiksa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun