Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Transformative Human Development Coach | Penulis 4 Buku

Agung MSG – 🌱 Transformative Human Development Coach ✨ Mendampingi profesional bertumbuh lewat self-leadership, komunikasi, dan menulis untuk reputasi. 📚 Penulis 4 buku dan 1.400+ artikel inspiratif di Kompasiana. 💡 Penggagas HAI Edumain – filosofi belajar dan berkarya dengan hati, akal, dan ilmu. 📧 agungmsg@gmail.com | 🔗 bit.ly/blogagungmsg | 📱 @agungmsg 🔖 #TransformativeCoach #LeadershipWriting #GrowWithAgung “Menulis bukan sekadar merangkai kata, tapi merawat jiwa dan meninggalkan jejak makna.”

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kepemimpinan Emosional: Mengendalikan Amarah dan Meningkatkan Kinerja Tim Anda

14 Maret 2023   06:07 Diperbarui: 14 Maret 2023   19:45 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marah dan marah-marah itu berbeda, dan keduanya punya pengaruh yang sangat signifikan | ioatwork.com

Marah dan marah-marah itu jelas berbeda. Marah itu ekspresi, sementara marah-marah itu emosi negatif yang diluapkan dengan ekspresi emosional dan relatif berlangsung cukup lama. Sebagai pemimpin, tentu saja marah dalam takaran dan timing yang tepat memang perlu. Namun marah-marah, jelas harus dihindari.

"Marah" bisa saja dilakukan saat seorang pemimpin ketika situasi yang dihadapi tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Emosi ini dapat memotivasi pemimpin untuk bertindak dan mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah. Sedangkan kalau "marah-marah", itu biasanya karena perilaku pemimpin yang sering mengeluarkan kemarahan secara berlebihan, tanpa kendali. Biasanya di depan publik. Perilaku ini jelas dapat berdampak negatif. Baik bagi kinerja tim, maupun dapat memperburuk hubungan di tempat kerja.

Kepemimpinan Emosional: Mengenali dan Mengelola Emosi untuk Meningkatkan Produktivitas dan Kinerja

Dalam konsep kepemimpinan emosional, penting bagi pemimpin mengenali dan mengelola emosi, termasuk marah, untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif. Marah berlebihan dapat membuat tim tidak nyaman dan menurunkan produktivitas.

Kepemimpinan emosional melibatkan kemampuan mengenali dan mengelola emosi sendiri serta orang lain, dan dapat membantu meningkatkan profesionalitas pimpinan dan daya saing perusahaan. Pemimpin yang memiliki kecerdasan emosi yang baik dapat menginspirasi dan mengelola emosi organisasi, serta mengatasi tekanan pekerjaan dan menjaga kinerja.

Cara cerdas untuk mengendalikan emosi negatif adalah dengan mengenali dan memahami penyebabnya. Kepemimpinan yang marah-marah di depan publik dapat menimbulkan penilaian negatif dan kontraproduktif, sehingga perlu dihindari. Perilaku kerja yang kontraproduktif dapat menghambat tujuan organisasi dan mengurangi produktivitas.

Mengenal dan Mengatasi Emosi Marah 

Emosi marah adalah perasaan intens yang timbul karena kejadian atau seseorang yang membuat tidak nyaman. Tanda-tanda fisik seperti detak jantung dan napas cepat dapat menunjukkan kemarahan. Namun, cara mengidentifikasi emosi marah pada setiap individu bisa berbeda-beda.

Penyebab dan pemicu marah bervariasi, seperti merasa diremehkan, diperlakukan tidak adil, disakiti, terancam, diserang, atau gagal. Marah juga dapat disebabkan oleh harga diri yang melambung, gaya hidup narsisistik, perfectonis serta temperamen mudah marah. Oleh karena itu, penting untuk mengenali penyebab dan pemicu emosi marah agar dapat mengatasinya dengan tepat.

Proses terjadinya marah melibatkan faktor emosi, pemikiran, dan perilaku. Lingkaran marah dapat dipatahkan dengan mengidentifikasi dan mengubah faktor-faktor yang memicu reaksi marah. Faktor-faktor ini termasuk harga diri yang melambung, gaya hidup narsisistik, perfectonis, stres, dan kondisi emosi yang intens.

Untuk memecahkan lingkaran marah, individu dapat mempraktekkan keterampilan pembelajaran seperti kepemimpinan, bermain, dan berbagi pengalaman untuk mengurangi tingkat stres dan emosi yang intens. Dengan cara ini, lingkaran marah dapat dipatahkan. Penting untuk memperhatikan konteks dan budaya di mana emosi marah muncul. Dengan cara ini, lingkaran marah dapat dipatahkan.

Dampak Pemimpin yang Sering Marah pada Kinerja Tim dan Organisasi

Pemimpin yang suka marah dapat merusak kinerja tim dan hubungan kerja. Bahasa kasar, ancaman, dan kurangnya komunikasi mengakibatkan kebencian dan frustrasi. Konflik yang tidak diatur dengan baik akan memperburuk situasi. Pemimpin perlu belajar mempengaruhi anggota tim tanpa marah-marah.

Salah satu mantan CEO Uber misalnya, adalah contoh buruk karena sering marah-marah dan menciptakan konflik. Karyawan merasa tidak nyaman, citra perusahaan buruk, banyak karyawan keluar, dan perusahaan menderita kerugian finansial yang signifikan. Kemampuan mengendalikan emosi pemimpin sangat penting untuk keberhasilan jangka panjang organisasi.

Dampak Emosi Marah pada Tubuh dan Kinerja Tim: Pentingnya Kecerdasan Emosional bagi Pemimpin

Ketika seseorang marah, bagian otak yang merespon terlebih dahulu adalah amygdala, yang berfungsi untuk mengatur emosi dan insting yang berkaitan dengan rasa takut dan marah. Saat marah, detak jantung meningkat, arteri menjadi tegang, dan produksi hormon testosteron meningkat.

Selain itu, kortisol (hormon stres) juga dilepaskan ke dalam tubuh. Otak sangat bergantung pada glukosa untuk melakukan tugasnya dengan maksimal. Jadi ketika seseorang marah, tubuh membutuhkan lebih banyak energi daripada biasanya. Hal ini bisa dijelaskan secara ilmiah karena otak membutuhkan glukosa sebagai bahan bakar untuk bekerja dengan baik.

Penting untuk memahami proses mengelola emosi dalam meningkatkan kinerja tim karena emosi dapat mempengaruhi hubungan antar anggota tim dan kinerja individu. Emotional intelligence atau kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain. Seorang pemimpin yang memiliki emotional intelligence yang tinggi dapat mengelola karyawannya dengan baik. Oleh karena itu, pemahaman tentang kecerdasan emosional sangat penting dalam meningkatkan kinerja tim.

Cara yang Sehat Mengelola Amarah : Strategi Mengelola Emosi dan Meningkatkan Kinerja Tim 

Untuk mengelola amarah, penting untuk mengenali tanda-tanda awal dan mencoba teknik-teknik yang dapat membantu mengurangi stres. Beberapa tips praktis yang dapat dilakukan adalah tetap tenang dan berfikir sebelum bertindak, melakukan aktivitas fisik untuk menenangkan saraf, meditasi atau berlatih teknik relaksasi lainnya, mengenali batas kemampuan dan berbagi dengan rekan kerja, serta mengidentifikasi sumber stres dan beradaptasi dengan situasi.

Mindfulness adalah suatu konsep "kesadaran diri terus menerus" yang bertujuan untuk melatih fokus dan kesadaran terhadap situasi di sekitar kita. Dalam mindfulness, seseorang diajarkan untuk memusatkan perhatian pada pengalaman saat ini tanpa menilai atau mengevaluasinya.

Dengan demikian, mindfulness dapat membantu mengendalikan emosi dengan cara mengurangi stres dan kecemasan yang seringkali menjadi pemicu emosi negatif. Dengan berlatih mindfulness secara rutin, seseorang dapat meningkatkan kemampuan untuk merespons situasi dengan lebih tenang dan bijaksana, serta mengurangi impulsivitas dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, mindfulness dapat membantu seseorang dalam mengendalikan emosi dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Konsep Mindfulness adalah kesadaran yang terus-menerus dikelola dan diyakini sebagai konsep dasar untuk mencapai kedekatan dan merasa diperhatikan oleh Tuhan. Mindfulness berarti menjadikan Allah Yang Maha Kuasa sebagai Yang Selalu Diingat kapanpun dimanapun dan dalam setiap situasi. Ritual-ritual doa dan ritual ibadah rutin juga mengandung elemen-elemen mindfulness yang membantu mencapai kesetaraan spiritual.

Berikut adalah beberapa strategi yang dapat digunakan dalam situasi yang memicu amarah, termasuk berbicara dengan tim secara produktif dan memecahkan masalah dengan efektif:* Membangun komunikasi yang lancar dan jelas

* Mendengarkan lawan bicara dengan baik
* Mengajukan pertanyaan untuk memperjelas masalah
* Memberikan umpan balik secara efektif dan pribadi
* Menangani konflik secara bijaksana, adil, dan efisien

Kepemimpinan Emosional: Meningkatkan Kinerja Tim dan Hubungan di Tempat Kerja.

Kepemimpinan emosional dapat meningkatkan kinerja tim dan hubungan di tempat kerja dengan cara membangun hubungan yang baik antar anggota tim. Kepemimpinan emosional melibatkan kecerdasan emosional, yaitu kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi sendiri dan orang lain. Pemimpin yang menerapkan kepemimpinan emosional akan mementingkan harmoni antar para anggota timnya, berempati terhadap sesama, dan saling menghargai satu sama lain. Hal ini akan menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif serta meningkatkan motivasi dan kinerja anggota tim.

Salah satu contoh organisasi yang berhasil menerapkan konsep kepemimpinan emosional yang baik dan benar dalam praktiknya adalah Google. CEO Google, Sundar Pichai, dikenal sebagai pemimpin yang memperhatikan kesejahteraan karyawan dan membangun budaya kerja yang inklusif. Ia juga sering menunjukkan kecerdasan emosional dengan mendengarkan masukan dari karyawan dan mengambil tindakan untuk meningkatkan kondisi kerja di perusahaan. Hal ini terbukti dengan tingginya tingkat kepuasan karyawan di Google serta penghargaan yang diterima perusahaan atas budaya kerjanya yang positif

Kesimpulannya, kepemimpinan emosional sangat penting dalam meningkatkan kinerja tim dan memperbaiki hubungan di tempat kerja. Hal ini melibatkan kemampuan untuk mengenali dan mengelola emosi sendiri serta orang lain, sehingga dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif. Mengelola emosi juga membantu mengatasi tekanan pekerjaan, mempertahankan fokus, dan menjaga kinerja. Namun, cara cerdas untuk mengendalikan emosi negatif adalah dengan mengenali emosi yang dialami pada setiap situasi dan mencoba memahami penyebabnya.

Emosi marah, salah satu bentuk emosi negatif, mempengaruhi hubungan antar individu dan dapat memicu konflik di tempat kerja. Oleh karena itu, penting untuk mengenali penyebab dan pemicu emosi marah agar dapat mengatasinya dengan tepat. Lingkaran marah dapat dipatahkan dengan mengidentifikasi dan mengubah faktor-faktor yang memicu reaksi marah.

Pemimpin yang sering marah-marah dapat mempengaruhi produktivitas dan hubungan di tempat kerja dengan negatif. Perilaku kerja yang kontraproduktif dapat menghambat tujuan organisasi dan mengurangi produktivitas. Oleh karena itu, penting bagi pemimpin untuk mengendalikan emosi dan berbicara dengan baik di tempat kerja agar dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun