Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Selalu saja ada satu cara yang lebih baik, dan lebih baik lagi dengan berbagi

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ini Dia, Deteksi Dini Janji-Janji dan Janji Manis

9 Januari 2023   22:10 Diperbarui: 9 Januari 2023   22:13 2394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Korban Janji Manis | DokPri

Saat tadi saya pulang malam dari sebuah urusan, ada dua truk parkir  di depan saya. Keduanya sedang menurunkan bata merah untuk perbaikan sebuah bangunan korban gempa. Tertulis di pintu sebelah kiri salah satu truk itu tulisan "Korban Janji Manis" lengkap dengan siluet gadis manis. Saat saya membaca itu, saya jadi senyum-senyum sendiri. Ingat juga lagu lawas "Dingin" Rinto Harahap : "Tapi janji, tinggal janji. Bulan madu hanya mimpi. Tapi janji, tinggal janji, di bibirmu..."

"Janji Manis", memang itu sebuah ungkapan yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang sering berbohong dan mengeluarkan janji-janji atau iming-iming manis. Tujuannya untuk memikat atau memperdaya orang lain, terutama dalam upaya untuk memperoleh kepercayaan kembali setelah sebelumnya telah merugikan atau mengecewakan orang lain dengan kebohongannya.

Tak sedikit orang yang berakal sehat dan waras suka bertanya, kenapa sih ada saja orang yang mudah menebar janji manis ?

Bila kita coba telusuri, tentu akan ada sejumlah faktor yang dapat menyebabkan mengepa orang melakukan seperti itu. Bisa karena tekanan dari orang lain atau pihak lain, bisa juga karena ketidaktahuan. Ketidaktahuan untuk menyelelesaikan masalah sehingga merasa terpaksa untuk melakukan janji manis.

Penyebab lain, bisa juga karena keinginan untuk menghindari konflik, menghindari kemarahan atau kekecewaan. Atau karena ketidakmampuan yang bersangkutan untuk mengatasi stres karena merasa terdesak oleh situasi yang ada dan merasa bahwa janji manis adalah satu-satunya solusi. Kemungkinan lain, bisa juga disebabkan karena keinginan untuk memuaskan orang lain, meskipun tidak yakin bisa menepatinya.


Orang mungkin mudah melakukan Janji Manis karena mereka merasa terpaksa untuk melakukannya, atau karena mereka tidak tahu cara lain untuk menyelesaikan masalah yang ada. Mereka juga mungkin merasa terdesak oleh situasi yang ada dan merasa bahwa Janji Manis adalah satu-satunya jalan keluar.

Janji Manis : Komoditi Emas Saat Kampanye Pilkada & Pemilu

Dalam konteks perpolitikan Indonesia, sepertinya janji itu adalah komoditi. Lucunya, janji manis itu sering dijumpai menjelang pilkada dan pemilu. Pilkada dan pemilu ini seringkali menjadi perhatian masyarakat karena banyak program yang ditawarkan oleh calon pemimpin kepada masyarakat selama masa kampanye. Namun, setelah terpilih menjadi kepala daerah, sebagian pemimpin seringkali lupa atau pura-pura lupa terhadap janji-janji yang pernah diobralkan saat melakukan kampanye. Rakyat atau warga merupakan pemilik kekuasaan yang sah dan seharusnya dihargai dengan terpenuhinya janji-janji yang diberikan oleh calon pemimpin.

Lalu, kenapa juga para politisi di Indonesia mudah menebar janji manis, dan terus berulang-ulang ? Sejauh pengetahuan penulis, ini disebabkan karena syahwat politik yang terlalu besar yang bisa mempengaruhi seperti ini. Contohnya, seperti tekanan untuk memenangkan pemilihan, keinginan untuk memuaskan sebanyak mungkin pemilih, atau ketidaktahuan tentang cara lain untuk menyelesaikan masalah yang ada.

Godaan terbesarnya, janji manis seringkali merupakan cara yang mudah bagi para politisi untuk memenangkan dukungan pemilih tanpa harus mengeluarkan usaha yang sesungguhnya untuk menyelesaikan masalah yang ada.

Fakta menunjukkan bahwa janji manis seringkali tidak efektif dalam menyelesaikan masalah jangka panjang dan dapat menyebabkan masalah baru di kemudian hari. Sebaiknya, lebih baik untuk mencari solusi yang lebih terstruktur dan terintegrasi untuk menyelesaikan masalah secara efektif. Dalam kalimat ringkas, jelas : janji manis seringkali tak berbuah manis ! Karena itu, sebaiknya para politisi seharusnya fokus pada mencari solusi yang lebih terstruktur dan terintegrasi untuk menyelesaikan masalah secara efektif.

Janji Manis Sering Tak Manis

Janji Manis dalam konteks perpolitikan di Indonesia adalah janji-janji yang diberikan oleh para calon wakil rakyat kepada masyarakat selama masa kampanye. Janji-janji tersebut seringkali tidak terpenuhi setelah para calon wakil rakyat terpilih menjadi wakil rakyat atau anggota parlemen. Masyarakat Indonesia umumnya sudah tidak lagi percaya terhadap para elite politik yang hanya mengumbar janji belaka tanpa ada bukti nyata. Para elite politik tersebut lebih mementingkan kepentingan pribadi atau golongan daripada memenuhi janji-janji yang telah diberikan kepada masyarakat.

Di Indonesia, banyak rakyat yang merasa kecewa dengan janji-janji politik yang seringkali tidak terpenuhi. Hal ini menyebabkan rakyat merasa tidak terhubung dengan wakilnya, sehingga tidak merasa terwakili oleh sistem demokrasi perwakilan yang ada.

Penyebabnya banyak. Namun yang menonjol antara lain karena adanya money politics yang menyebabkan rakyat lebih mementingkan transaksi material daripada transaksi kebijakan. Popularitas kandidat yang lebih tinggi dibanding kemampuan untuk menjadi politisi yang andal dan negarawan, adalah penyebab lain. Namun, janji politik tetap penting karena itu merupakan cara bagi para wakil untuk menyampaikan aspirasi dan keinginan publik, serta memberikan informasi yang diperlukan rakyat dalam menentukan pilihan pemilihan. Untuk menghindari janji politik yang tidak terpenuhi, rakyat harus bersikap skeptis dan mencari informasi dari sumber yang terpercaya dan objektif sebelum memutuskan untuk mempercayai janji tersebut.

Jabatan Politik Itu Jabatan Mulia

Senyatanya, jabatan politik adalah jabatan mulia. Jabatan yang harus dimuliakan dengan kejujuran dan penepatan janji-janji yang telah dibuat. Janji politik dianggap dan ditempatkan sebagai janji akad kontrak politik kepada publik yang harus ditepati. Sebagai pemilih, saatnya kita perlu mengedepankan kecerdasan dan prinsip kehati-hatian. Cara deteksi dininya untuk mengetahui apakah janji ini berisi atau kosong, masuk akal atau membual, ini caranya :

1. Dengarkan para pemerhati yang memiliki kapasitas dan punya integritas.

2. Baca, perhatikan dan berikan penilaian dengan seksama bagaimana program-program yang dicanangkan oleh politisi tersebut. Pastikan bahwa program-program tersebut masuk akal dan tidak mengandung kekurangan atau kelemahan yang terlalu besar.

3. Cek keabsahan sumber informasi. Jika seseorang menyampaikan sesuatu yang terlihat terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, maka kemungkinan besar itu hanyalah janji manis.

4. Cari informasi dari sumber yang terpercaya dan objektif lainnya. Check, rechek dan crosscheck sendiri. Cari tahu track recordnya, yaitu apa yang telah dilakukan oleh politisi tersebut selama ini dan apakah tindakannya sesuai dengan apa yang ia janjikan. Juga periksa dengan seksama capaian dan prestasi-prestasinya di masa lalu.

5. Bersikap skeptislah terhadap janji-janji yang terlalu baik untuk menjadi kenyataan. Jangan terlalu mudah terpengaruh oleh janji-janji yang terdengar terlalu baik untuk menjadi kenyataan. Selalu pertanyakan dan carilah informasi terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk mempercayainya.

Akhirnya, perlu kita sadari bersama, bahwa senyatanya jabatan politik adalah jabatan mulia. Jabatan yang pantas dimuliakan dengan kesungguh-sungguhan, kejujuran dan bukti nyata. Tujuannya sederhana. Yaitu, agar masyarakat lebih beriman dan bertaqwa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, punya rasa kesatuan dan persatuan diatas keberagaman, membuka keterlibatan masyarakat seluas-luasnya demi kesejahteraan masyarakat dan berkeadilan.

"Tepatilah janji karena janji itu pasti diminta pertanggungjawaban". (QS. Al Isra 17 : 34)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun