Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Selalu saja ada satu cara yang lebih baik, dan lebih baik lagi dengan berbagi

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

5 Prinsip Sakral Kaum Profesional di Era Digital

29 November 2022   11:48 Diperbarui: 1 Desember 2022   16:00 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja profesional. (sumber: unsplash.com/@RazvanChisu)

Di era digital ini, masihkah kita ini layak dikategorikan sebagai kaum profesional ? Jangan-jangan akal kita udah "abnormal", atau mindset kita abal-abal dalam memberi arti dan makna prorfesional.

Banyak sudah kajian, pendapat, tulisan dan bahasan yang mengulas atau membicarakan tentang profesional. Mulai dari arti profesional, makna profesional hingga ciri profesional dan karakter profesional. 

Para senior, guru, suhu, trainer, mastah, pakar dan coach yang saya temui memberi beragam pendapat dan sudut pandang yang menarik. Satu sama lain, rasanya saling melengkapi. Bagi saya pribadi, jelas itu mnambah ilmu dan wawasan tersendiri.

Para nabi dan rasul pun sudah mencontohkan bagaimana bekerja profesional. Nabi Adam, ahli menanam pohon. Nabi Nuh ahli di industri kayu. Nabi Idris ahli dalam menjahit. Nabi Daud, ahli pertenunan. Nabi Musa ahli dalam menggembala. 

Lalu masih ada Nabi Ibrahim, ahli dalam pertanian dan pembangunan gedung. Nabi Soleh, ahli dalam perdagangan. Nabi Yusuf, ahli ilmu ekonomi, dan Nabi Muhammad Saw ahli di bidang perniagaan.

Banyak hal yang didapat bila kita bekerja dengan profesional dan bersikap profesional. Banyak manfaat profesional yang didapat, yaitu kredibilitas dan reputasi kerja kita akan terjaga. 

Juga akan mampu memberikan kesan bahwa kita bisa diandalkan, mendapat respek dari lingkungan pekerjaan, hingga membantu mengembangkan karir dan profesi. Bonusnya, sikap profesional itu juga akan mengurangi potensi konflik di lingkungan kerja

Meskipun demikian, ijinkan saya bependapat menyederhanakan apa saja kriteria yang dinamakan sebagai profesional itu ?

#1. Karakter unggul berdasarkan iman.

Dalam pengertian ini, orang profesional digambarkan sebagai orang yang jujur, amanah, berkomitmen tinggi, bertanggungjawab, penuh intregritas, giat, penuh dedikasi, rendah hati dan senang berbagi. Ia memiliki citra positif dan mampu menunjukkan kualitas kerja dan kepribadiannya yang baik, benar dan berkualitas.

Soal kejujuran, jujur itu harga mati. Amanah harga diri. Komitmen itu harga sukses. Ya, komiten itu juga berarti suka duka, susah senang, sulit gampang, kemarau yang panas menyengat atau pun hujan badai, ya tetap dijalankan. Jadi jangan bilang : "Siap Pak, kerjakan". "Siap Pak dilaksanakan", "Siap Pak", tapi ngak jalan-jalan, tak ada perubahan, atau tak mengubah keadaan.

Padahal SIAP itu singkatan dari "Saya Ingin Allah Puas". Kalau Allah puas, maka atasan, pimpinn, rekanan, mitra, investor, pihak ketiga, semua dapat dipastikan amat sangat puas, bahkan mengesankan ! Kalau standar tertingginya berorentasi pada ridho Allah, maka semuanya In Syaa Allah akan dimudahkan dan ditinggikan.

Ciri lain dari profesional itu rendah hati. Jadi, bila ada orang yang merasa dirinya jago, hebat, keren, "wow", maka sebenarnya orang itu belumlah profesional. Pengakuan itu bukanlah dari diri, tapi dari orang lain atau komunitas profesinya, bahwa sosoknya itu punya karya, bermanfaat, mengubah keadaan dan bermakna.

Terakhir, orang profesional itu suka serta gemar mendengar dan berbagi. Dalam banyak kasus, justru seringkali ia lebih gemar bertanya, lebih banyak mendengar dan belajar, daripada ingin didengar. Karena sejatinya, banyak menggali dan mendengar itu sama saja dengan banyak belajar.

Intinya, semua karakter baik, unggul dan konsisten yang bisa membuka "pintu langit", pintu keberkahan, itulah karakter profesional.

#2. Punya visi dalam semangat menjelajahi.

Allah SWT telah membuka peluang seluas-luasnya bagi kita sebagai umat-Nya untuk memanfaatkan karunia-Nya di bumi. Bumi ini telah Allah jadikan mudah untuk dijelajahi, karena itu kita perlu menjelajahinya ke segala penjurunya.

Dari penjelajahan ini, baik mulai dari lingkar terkecil, beragam komunitas, hingga akses dan pengetahuan digital, maka visi kebaikan haruslah ditetapkan. 

Visi yang lebih baik yang bisa membawa dan mengangkat kita merasa dan menjadi lebih baik lagi dalam berkontribusi bagi kemaslahatan umat. Terlebih dengan era penuh disruptif dan distraksi seperti sekarang ini, visi dan fokus jadi sebuah keharusan yang melekat.

Ya, visi itu gratis, dan kerena itu : gantungkan visi itu setinggi langit ke-7 !

#3. Berilmu, berwawasan dan punya keunggulan bersaing.

Saat orang profesional bekerja, ia memiliki perencanaan yang baik. Ia pun terampil dan mahir menjalankan tugasnya, serta sesuai dengan kode etik profesional. Sikap obyektifitasnya memungkinkan ia mampu bekerja dengan fokus, menyelesaikan tugasnya secara efektif dan efisien, tepat waktu dan transparan.

Ia juga punya prinsip berpikir global dan bertindak lokal. Artinya, ia selalu open mind. Membuka pada pendapat, ide dan pikiran baru. Bahkan pada hal yang selintas dirasakan aneh, nyeleneh, berbeda, unik, tak biasa, bahkan idenya dinilai gila ! Ia tetap akan menggali lebih dalam.

Intinya, seorang profesional itu senang belajar hal-hal baru dan berusaha keras dirinya menjadi seorang insan pembelajar. 

Pembelajar yang aktual, hingga yang berkait dengan dunia artifisial dan digital. Kecerdasan buatan, transformasi digital dan digitalisasi akan selalu ia ikuti, semata untuk membantu memudahkan proses pekerjaannya.  

4. Komunikatif dan selalu punya loyalitas untuk selalu mengajak pada kebaikan, kemajuan dan keunggulan.

Orang profesional mahir berbicara di depan publik. Ia mampu menyampaikan gagasan-gagasannya dengan bahasa yang sederhana. 

Bisa presentasi dan orang faham dengan apa yang disampaikan, dan gaya komunikasinya empatik. Ia tidak terkukung dengan teks naratif, namun justru pandai menyampaikan ide-ide kunci konsepnya. 

Seorang profesional itu juga tidak ego. Ia selalu berusaha memahami terlebih dahulu sebelum dirinya ingin dipahami. Berbicara dan bebagi dengan orang profesional itu enak. Karena ia pandai menyimak, bukan saja mendengar.

Yang paling keren orang profesional itu suka dan tidak alergi saat mendapat kritikan. Bahkan ia menikmatinya sebagai sebuah "autokritik". Baginya, pada saat ia bisa mentertawakan dirinya, pada saat itu pula ia sedang belajar jadi orang yang bijaksana.

Sebaliknya, orang yang tak suka kritik, banyak membela diri, atau bahkan merasionaliasasi dengan mengungkapkan banyak alasan, maka ia sebenarnya belum siap naik kelas dan belum pantas disebut sebagai seorang profesional.

Saat berbincang pun, orang profesional selalu dirasakan sebagai orang yang hangat, dekat, dan lekat. Bahkan saat kita berbincang dengannya, kita akan merasa menjadi orang yang penting, berarti dan kita jadi senang dan loyal kepadanya. Kita merasa aman dan nyaman didekatnya.

#5. Punya perhatian pada detail dan 90% pada eksekusi.

Amal saleh itu ada di aksi. Bukan hanya di niat, wacana dan konsep saja. Karyanya dilakukan sebaik mungkin untuk kemandirian diri dan kesejahteraan keluarganya, seperti jihad dan berjuang di jalan Allah SWT. 

Yaitu, pekerjaan yang mewujud dalam bentuk kerja ikhlas, kerja jelas, kerja mawas, giat bekerja keras, kerja tuntas, dan taat hukum. Lalu, ia pun mengharapkan pekerjaannya memberi manfaat luas bagi lingkungannya. Itulah profesional.

Eksekusi dan "aksi nyata di bumi", dengan diiringi doa ke "pintu langit" adalah ciri karakter profesional. Keputusannya ia lakukan dengan dasar keilmuan, obyektivitas dan pengalamannya, serta tanpa tekanan dari pihak lain

Kadang diawal, 10% waktunya ia alokasikan untuk belajar pada para pakar. Kemudian, 20% belajar mandiri dan menyesuaikan dengan fakta, situasi dan kondisi di lapangan. 

Kemudian, ia membuat konsep yang membumi dan dapat dengan mudah dieksekusi. Lalu, terakhhir 70% waktunya ia benamkan dan ia investasikan pada aksi langsung di lapangan.

Menyadari bahwa ia bukan seorang superman, maka orang profesional akan menutupi kekurangannya dengan bekerja sebagai a good team player. Kekurangannya ia tutupi dengan mengajak ahli di bidangnya dan berkolaborasi dengannya. 

Caranya, ia perluas networking-nya untuk mencari siapa-siapa para expert yang dapat membantu kebutuhan pekerjaannya yang belum ia kuasai.

Akhirnya, kalau suatu tak ada perubahan yang siginifikan, maka hanya ada 2 kemungkinan : ia tak sungguh-sungguh belajar, atau cara yang ia lakukan itu tidaklah efektif ! Karenanya, orang profesional atau kaum professional sesungguhnya adalah seorang pembelajar. 

Ia akan selalu mengembangkan kualitas dan pengetahuannya di komunitas profesional. Ikatan profesi jadi acuan untuk membangun kesadaran profesinya. 

Karyanya pun siap dinilai oleh orang yang berwenang memberi penilaian dan memiliki kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan tersebut.

Terakhir, profesional itu pilihan. Bila kita tidak bisa bekerja dan bersikap profesional, maka itu bisa menurunkan harga diri dan kehormatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun