Mohon tunggu...
agung hidayat
agung hidayat Mohon Tunggu... mahasiswa -

agunghidayat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

“Pesan Menyambut Fajar”

29 Agustus 2015   21:26 Diperbarui: 29 Agustus 2015   21:26 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti biasa saat itu aku sedang asyik menghabiskan waktu dengan cara yang sia-sia, bercengkrama dengan asyiknya teknologi informasi tidak terkecuali media social. Merasa cukup letih dengan hal tersebut akupun mencoba membaringkan badan di tempat tidur. Sedang pikiranku melayang-layang, tiba-tiba telepon genggam lusung milikku berbunyi. Siapa pula yang menelpon ini pikirku.

Rupanya seorang teman baru wanita yang sekitar 2 minggu ini aku kenal.

            “Halooo”

“lagi apa bang?” sebuah pertanyaan seolah-olah kami sudah lama saling mengenal

“tidak lagi apa-apa, kenapa?? “sebuah jawaban yang kupikir pantas diterima olehnya.

“gak bang, Cuma mau bahas soal pesanku yang ku kirimkan ke abang tadi pagi… hehe”

Sebuah pesan singkat yang sedikit mengejutkan dan menjadi sebuah pertanyaan dalam diriku sendiri, kenapa seorang perempuan yang baru ku kenal dengan percayanya mengirimkan sebuah pesan yang menurutku pribadi kepadaku untuk memberikan sedikit solusi atau mungkin sedikit ceramah dari menanggapi pesan yang ia sampaikan.

Tanpa panjang akan prolog, kami pun langsung mebahas tentang pesan pribadi yang ia sampaikan. Intinya cukup rumit dia ingin bercerita tentang masalah hidupnya yang sedikit terganggu oleh setiap polemic yang ada. Seperti biasa selayaknya seorang teman curhat aku mencoba untuk menjadi pendengar yang baik terlebih dahulu. Cukup lama dia bercerita akan keluh kesah hidupnya, aku telah mencapai kesimpulan akan apa yang terjadi padanya sehingga dia belum sempurna merasakan kebahagian yang begitu melimpah di dunia ini, sehingga berdampak pada dirinya yang sering menyendiri dan tiba-tiba bisa meluapkan emosi yang tak terkontrol begitu saja.

Dalam tulisan ini mungkin aku sedikit akan puitis untuk menjawabnya melalui sebuah puisi yang fajar ini aku tulis

 

 

 

Hanya milikmu cahaya pagi hingga senja

dan rahasia kegelapan ketika malam tiba

pada Muhammad kau anugerahkan kemuliaan

pada sulaiman kau limpahkan keberadaan

kau tunjukkan keindahan-Mu melalui yusuf

dan cinta kasih-Mu melalui Isa

 

Kau jadikan perut burung-burung

kenyang ketika petang

dan lapar kembali di pagi hari

hingga terdengar selalu kicaunya

menghiasi kelopak hari yang terjaga

 

Kau jadikan bintang-bintang

selalu bertasbih padamu

kau ciptakan pohon-pohonan

selalu berzikir padamu

oo, Allah malu rasanya aku melihat burung pagi ini

terbang menukik ia seakan sujud syukur padamu

malu aku akan bintang

mampu berbagi secara ikhlas

dengan fajar yang mulai lantang timbul pagi ini

Doaku pagi ini,

Semoga aku selalu diberikan rasa iri

Supaya aku selalu bisa iri pada makhlukMu yang tak bernyawa.

Puisi yang sedikit jelek tapi mungkin ini bisa menjadi pesan untuk temanku. Sebuah puisi yang menggambarkan betapa Maha nya Tuhan kita. Temanku, tiada masalah yang tidak bisa kita selesaikan, tiada jalan yang tak berujung. Akan tetapi mungkin kita kurang belajar akan rasa syukur, kurang mampu memberikan sedikit rasa ikhlas dan kurang khusyuk saat menadahkankan tangan padanNya.

 

                                                                                                                                                Jambi, 29 Agustus 2015

 

                                                                                                                                                Pesan Menyambut Fajar

                                                                                   

                               

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun