Bahwa kejadian antara simbah, bu Bejo, dan pengendara motor nyelonong tidak tiba- tiba terjadi. Masing- masing tidak merencanakan, bisa bersinggungan di detik peristiwa yang sama. Ketiganya tidak bisa menghindari, lagi-lagi karena digariskan oleh takdir.
Tetapi bahwa bu Bejo, di posisi penyebab simbah menyebrang jalan. Pengendara motor, pelaku penyebab simbah terluka meninggal beberapa setelahnya. Simbah selalu berhati- hati, hari itu nekad nyebrang. Haqul yaqin, menjadi rahasia di luar akal manusia.Â
Dan sebagai bagian dari takdir, masing- masing terbuka ruang untuk belajar. Setelah kejadian itu, semestinya bu Bejo tidak egois minta orangtua nyebrang. Pengendara motor lebih waspada di jalanan, membawa roda dua dengan fokus.Â
Dan untuk simbah, sudah demikian akhir perjalanan hidupnya. Simbah dengan kenangan baiknya, insyaAllah diangkat derajad-nya di alam baqa.
Pun Takdir Pernikahan
Saya menyambungkan kejadian simbah, setelah merasakan jatuh bangun bersua belahan jiwa. Saya anak dusun di sudut Jawa Timur, dipertemukan jodoh di peyangga ibukota.
Sembilan tahun merantau di kota Pahlwan, meyakinkan saya berjodoh dengan orang Surabaya. Kalaupun tidak Surabaya, jodoh saya sama- sama Jawa Timur. Entah Mojokerto, Jombang, Lumajang, Malang dan sekitarnya.
Pada usia seperempat abad, saya benar- benar membuka hati lebar- lebar. Berkenalan dengan teman kampus, teman di kantor media cetak, teman di sekitar kost-an. Dan sekeras apapun usaha, nyatanya semesta belum mendukungnya. Jodoh dinantikan tak kunjung datang, saya menjadi bahan bully-an.
Hingga akhirnya jalan hidup berubah, saya pindah ke Jakarta karena pekerjaan. Dan tidak sampai tiga tahun, perempuan saya nantikan dipersuakan. Kenalan sekitar satu bulan, saya menemui calon mertua disambut baik. Seketika itu saya memberanikan diri, melamar dan diterima - alhamdulillah.
Kalau dipikir logika manusia, sembilan tahun di Surabaya tidak ada yang berhasil. Perempuan yang kemudian istri saya, kuliah  berteman banyak teman laki- laki.  Nyatanya masing- masing tetap sendiri, hingga saya pindah dan kami bertemu.