Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Kompasianer

Kompasianer of The Year 2019 | Part of Commate KCI '22 - Now | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Orangtua yang Tangguh Akan Memiliki Anak Tangguh

12 Mei 2025   10:58 Diperbarui: 14 Mei 2025   10:31 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrasi- (Dokumentasi Pribadi)

Sebagai ayah saya sangat merasakan, pengaruh orangtua pada anak sangatlah besar. Lebih-lebih di masa tumbuh kembang, orangtua musti benar- benar bersedia mendampingi anak.

Tidak disela- sela waktu istirahat, atau sisa waktu setelah bekerja. Tetapi benar-benar mengalokasikan hari, untuk bersama anak secara khusus. Sebaiknya dilakukan rutin -- meski berkala--, agar tertanam di memori anak-anak.

Anak di masa golden age (usia emas), yaitu pada rentang usia 0- 7 tahun. Ketergantungannya pada orangtua sangatlah besar, ayah dan ibu musti siap direpoti dan capek. Saya dan istri dulu, gantian melek malam sampai anak umur tiga bulan.

Moment- moment yang sangat bagus, saya belajar mengasah naluri menjadi orangtua. Saat mengendong, menidurkan anak, mengganti popok, saya disadarkan satu hal. Betapa orangtua saya dulu, sedemikian repotnya mengurusi saya.

Saat anak di periode usia emas, sangat mungkin dia selalu mengamati dan meniru. Setiap gerak- gerik, tindak tanduk, sikap dan ucap ayah dan ibunya sehari-hari. So, hati- hatilah.

Maka tak perlu heran, kalau orangtua yang pencaci mendapati anaknya suka mencaci maki.  Anak-anak santun dan penurut, buah dari ayah ibu yang berlaku demikian.

Istilah, "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya", sangatlah relate. Bahwa anak, akan menduplikasi apa yang dilihat, didengar, dirasakan setiap hari. Anak-anak adalah peniru ulung, meniru orang-orang terdekatnya yaitu orangtuanya.

Menjadi orangtua tangguh, berarti sedang memberi keteladanan pada anak. Agar kelak saat anak dewasa, mencontoh yang dilihat dari ayah ibunya.

Niscaya, orangtua yang tangguh, akan memiliki anak tangguh

----

anak lanang di Pondok- (Dokumentasi Pribadi)
anak lanang di Pondok- (Dokumentasi Pribadi)

Saya masih ingat, sewaktu mbarep hendak mondok. Di awal kepergiannya, kami merasakan kehilangan. Yang biasanya saban hari ketemu, tiba-tiba tidak tampak batang hidungnya.

Saya dan istri dituntut belajar, mengatasi rasa sepi di diri sendiri. Merasakan kegalauan, kangen yang sangat kadanag tak tertahankan. Ustad menasehati kami, jangan kawatir karena anak kami ada yang mengurus.

Tak ayal kontradiksi kami alami, konflik antara batin dan logika. Saat logika berkata, "lama-lama mereda dan terbiasa ditinggal anak", "Jangan dipikir terus biar anak juga tidak kepikiran.

Sesaat batin ini menerima, meskipun demikian tidak serta merta tenang. Ibarat perjalanan baru beberapa langkah, bimbang akan dilanjutkan atau justru balik badan.  

Masa awal berpisah, wajah anak lanang selalu lekat di benak. Kemanapun, kapanpun dan dimanapun, mukanya memenuhi pikiran saya. Persis seperti orang jatuh cinta, raut wajah yang dicinta menempel kemana pergi.

Setelah semua bisa dilalui, saya meraskan letak seni-nya hidup. Ada fase galau yang musti terjadi dan musti dialami, dan doa menjadi senjata andalan. Ketika rindu berat semakin menggelayut, kami menata hati dan pikiran. Tak lekang menderas doa, sampai titik berdamai dengan keadaan.

Ibarat mau menuju air terjun, butuh energi ekstra dan nyali yang besar. Bersedia menyusuri jalan setapak, menghalau ngarai yang licin berkelok.  Kaki, betis, tangan, badan siap terbaret dahan tajam atau digigit binatang.

Meyakini bahwa di ujung perjalanan, segala susah payah akan terbayarkan. Bisa menikmati pemandangan indah, air tejun menyegarkan otak dan pikiran.

Pun mengarungi masa pengasuhan, orangtua musti siap tak henti belajar. Mengatasi setiap masalah, menghalau setiap rintangan yang datang. Menjadi orang tua yang mau berproses, menjadikannya kukuh dan tangguh.

Karena orangtua yang tangguh akan memiliki anak tangguh

Orangtua yang Tangguh Akan memiliki Anak Tangguh

illustrasi- (Dokumentasi Pribadi)
illustrasi- (Dokumentasi Pribadi)

Demi mengobati rasa kangen, kami berkunjung ke pondok secara berkala. Memupuk rasa cinta, agar anak merasakan kehadiran kami orangtuanya.  Ngobrol panjang lebar tentang banyak hal, mulai yang penting sampai remeh temeh.

Kami tak sendiri berkunjung, kerap bebarengan wali murid lainnya. Mendengar berita santri, yang mengundurkan diri setalah sebulan mondok. Ada yang selesai satu semester, menyusul ikut mengundurkan diri.

Saya dan istri, terus menguatkan anak meneruskan mondok. Sayang kalau yang sudah dijalani, terpaksa berhenti di tengah jalan. Melepas anak butuhkan ketangguhan, terutama dari orang tuanya. Lazimnya anak, akan mengikuti ketangguhan itu.

Setiap keluh kesah anak, tidak boleh membuat orangtua baper. Justru orangtua musti menanggapi, dengan sikap dan pandangan optimis. Dengan demikian anak yang ragu, akan semangat meneruskan langkah.

Tangguhnya orangtua akan menular ke anak, demikian juga optimisnya orangtua. Anak yang masih dibawah kepengasuhan, akan membayangi apapun pada orangtua.

Maka menjadi orangtua, musti tak lekas puas untuk terus belajar. Karena ilmu pengasuhan berkembang, kita musti upgrade agar tetap tangguh.

Saya menyepakati hukum kehidupan, bahwa orangtua yang tangguh akan memiliki anak tangguh. Semoga bermanfaat

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun