Di usia yang menuju setengah abad ini, saya pernah mendapati sebuah pengalaman. Bahwa apa yang kita batin di masa lalu, memiliki kemungkinan untuk terjadi. Entah membatin hal kurang baik, apalagi membatin hal-hal yang baik.
Dan dari pengalaman nyata tersebut, saya seperti dituntun untuk berprasangka baik. Kepada teman, kepada orang yang kenal biasa atau sekilas, pun kepada orang yang ketemu sekelebatan. Karena saya mengalami sendiri, yang saya batin dulu-dulu akhirnya kejadian juga. Gawat kan, kalau yang dibatin hal tidak baik.
Soal bertetangga baik yang dilakukan teman pengajian, pernah juga saya batin. Beliau pernah saat ngobrol, menukilkan hadist tentang empat faktor kebahagiaan. Alhamdulillah, saya dikelilingi  tetangga- tetangga yang baik.
Tetangga depan rumah persis, suami seumuran dengan saya. Lahir dan besar di perumahan tempat kami tinggal, hanya beda gang dengan rumah orangtua. Kemudian istri beliau asli Bekasi, kalaupun mudik tidak terlalu jauh.
Kebaikan tetangga depan rumah, tampak dari kali pertama kami pindah rumah. Ketika itu serah terima dengan penghuni lama, kemudian kami bersih-bersih rumah. Tetangga datang mengantarkan minuman dingin, dan sejak saat itu hubungan baik terjalin sampai sekarang.
Rumah yang berdempetan di samping kanan, usianya sepantaran ibu saya. Anak-anaknya sudah berkeluarga, satu anak tinggal di rumah tersebut. Hubungan kami cukup baik, kami saling bertukar makanan di moment tertentu.
Pun dengan tetangga yang lain, menurut saya tidak ada yang usil atau menganggu. Meski tak sedekat dengan dua rumah tersebut, kami bertetangga dengan saling menjaga.
Dan kedekatan dengan tetangga, dampaknya sangat terasa saat kami mudik. Kami bisa minta tolong diawasi rumah, selama ditinggal sekitar sepekan. Mereka sangat tidak keberatan, dengan senang hati menyediakan diri membantu. Tahun ini terhitung15 tahun kami tinggal, alhamdulillah mudik selalu aman.
So, mudik aman dengan baik bertetangga. Semoga bermanfaat.