Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Waspadai Kebiasaan Kekenyangan

25 September 2022   09:12 Diperbarui: 25 September 2022   09:13 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita hidup, tentu tak bisa lepas dari soal asupan. Makanan penting untuk tubuh, karena tubuh butuh zat yang menguatkannya. Tapi, sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik. Termasuk yang diclaim makanan sehat, sangat dianjurkan untuk tidak berlebihan.

Makan yang sewajarnya, justru membawa dampak baik untuk tubuh. Berada di posisi tengah-tengah, memang butuh effort. Mengingat kita manusia, dibekali hawa nafsu yang menjadi tantangan. Bahwa mengendalikan hawa nafsu, butuh ilmunya, butuh ketekunan, butuh ketelatenan.

Ya, mengendalikan nafsu mengunyah aneka jenis makanan, bukan hal yang mudah. Karena peperangan paling sulit, adalah memerangi (hawa nafsu) diri sendiri.

----

Sekarang di medsos, sedang trend-nya konten berupa video pendek. Video durasi 60 detik, mengetengahkan aneka informasi menarik. Selain menarik minat pemirsa-nya, video adalah cara efektif menyampaikan pesan.

Saya termasuk orang, sedang giat membuat konten video. Mulai dari tema transportasi, tempat wisata, hotel, makanan, dan aneka tema lainnya. Untuk mendapatkan referensi, saya melihat dari video konten kreator yang lain.

Jumlah pemirsa lumayan banyak, ada video yang menembus puluhan ribu viewers, empat kali lebih jumlah followers Instagram saya. Adalah tema kuliner, dan rupanya mengundah orang berkomentar. Bertanya lokasi outlet, atau testimoni orang yang pernah berkunjung, menyatakan bahwa harganya murah dan rasanya enak.

Parameter keberhasilan sebuah konten kuliner, adalah (menurut saya) konten yang bisa menarik minat pemirsanya. Mencoba, membeli, menyantap, menikmati menu tersebut. Nah, soal ukuran kecukupan mengonsumsi, takaran itu ada di diri masing-masing orang. 

Waspadai Kebiasaan Kekenyangan

dokpri
dokpri

Saya sangat tertarik sebuah kajian, menyoal menahan hawa nafsu. Pematerinya adalah Ustad Budi Ashari, saat itu bersama dokter Zaidul Akbar.  Dalam kajian sang Ustad menyampaikan, kebiasaan orang mukmin adalah menahan nafsu makan dan minum, disamping nafsu amarah, berbelanja dan boros dan lain sebagainya.

Dan khusus soal makan minum, menjadi materi menarik di kajian ini. Sang Ustad menekankan mulianya mukmin, sampai urusan piring ternyata ada kaitannya dengan syariat. Namanya juga syariat, kalau dijalankan dengan benar niscaya berdampak baik bagi pelakunya.

Konon kebiasaan Baginda Nabi tidak pernah kenyang, kebiasaan yang kemudian diteladani para sahabat mulia. Makan secukupnya sembari menerapkan tujuan makan yang sesungguhnya, adalah memenuhi hak tubuh. Bahwa tujuan makan, agar hak badan untuk sehat tercapai guna menunaikan tugas kehidupan.

Jujur saya dibuat terhenyak, seketika sadar diri betapa sangat jauh dari kata ideal. Kerap kali makan sebelum lapar, baru berhenti ketika lambung sesak dan bega. Dan akibatnya, bobot saya sempat dikisaran satu kwinta (gambar di atas, kayak karung berjalan- hehe).

Di saat bersamaan, saya ingat guyonan (atau pengakuan tepatnya) teman. "gue kalau kenyang ngantuk giliran perut laper jadinya bego". Kali pertama mendengarnya  langsung Gerrr, tapi setelah ditelaah lebih mendalam bisa jadi begitu kenyataannya. 

Kejadian di beberapa kegiatan Blogger, ada teman yang saya dapati ketiduran setelah jam makan siang. Teman ini mengaku tak kuasa menahan kantuk, ditambah suhu ruangan yang ber-AC. Semabri mengaku kekenyangan, karena ada menu yang digemarinya.

Nah, soal penyikapan makanan ternyata bisa dijadikan indikasi seseorang.  Menurut dokter Zaidul Akabr, bahwa sikap orang soleh terhadap makan adalah makan untuk menegakan tulang sulbi, agar bisa beribadah mengabdikan diri kepada Rabbnya. Kalau hal demikian masih dilanggar, kemungkinan kesolehannya musti ditingkatkan.

Ustad Budi menimpali, dengan kalimat yang pernah disampaikan Imam Al Mundziri "bahwa musibah pertama setelah Nabi tiada adalah kenyang, kalau satu masyarakat (ke)kenyang(an) maka yang terjadi adalah gemuk badannya. Dan kegemukan menyebabkan lemah hatinya (keras/tidak lembut hati) dan kalau lemah si panglima (hati) maka syahwatnya tidak terkendali ".

dokpri
dokpri

Sang dokter menambahkan lagi, makan memang berguna untuk memenuhi hak tubuh (sehat), tetapi yang diasup musti makanan halal dan toyib. Dan sebaik makanan, kalau berlebihan (rakus) akan menjadi tidak baik, justru menyebabkan datangnya penyakit.

Saya seperti diajak kilas balik, ketika mengalami obesitas dan akhirnya tumbang. Setelah dibawa ke klinik, sakit saya disebabkan terjadi indikasi pelemakan di hati. Dan tak ada jalan lain, kecuali segera mengubah gaya hidup dan pola makan.

Oke, sesekali kekenyangan mungkin bisa dimaklumi. Tetapi kalau setiap kali makan tidak terkontrol, sehingga membuat keseringan kekenyangan.  Itu yang bahaya. So, waspadai perut kenyang. Makan sewajarnya, makan secukupnya.

Salam sehat selalu Kompasianer- semoga bermanfaat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun