Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Berbagi di Jumat Berkah bareng Abang Tukang Kerupuk

8 Januari 2022   09:02 Diperbarui: 8 Januari 2022   10:45 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konsepnya, nasi yang siap dibagi, digabungkan dengan penjual lain. Misalnya konsumen nasi jinggo, setiap membeli sebungkus otomatis gratis nasi yang saya bawa. Konsumen yang membeli nasi kuning (stand di pinggir jalan), berhak gratis sebungkus nasi saya bawa.  Termasuk jumat sehari yang lalu, dengan membeli kerupuk gratis bisa gratis nasi kuning dari saya.

Menarik kan.

Berbagi di Jumat Berkah bareng Abang Tukang Kerupuk

Yang pernah menjadi relawan kegiatan sosial, saya yakin pasti mengalami dinamika di lapangan. Saya pernah ditolak dengan kasar, saat mengulurkan nasi kotak hari jumat. Pernah juga mengalami, nasi saya berikan dibuang. Si penerima tidak sadar, kalau saya memperhatikan dari jauh.

Tetapi lika-liku kegiatan berbagi dialami, memberikan pengalaman dan kesan yang sangat mendalam. Bahwa tidak semua niat baik, diterima oleh orang lain dengan cara yang baik juga. Kemudian tidak semua orang senang, melihat orang lain melakukan kebaikan.

Hal tersebut sama sekali tidak membuat saya kecil hati, justru akan menjadi cerita menarik di kemudian hari. Show must go on. Setelah semua suka duka itu dilewati, tak jarang menerbitkan senyum kecut---hehehe.

----

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Hari Jumat (7/1'22), saya berkolaborasi dengan bang Sofyan. Beliau penyandang tuna netra, sejak tahun 1998 menjadi tukang pijat. Di masa pandemi ini, ayah dua anak ini banting stir berjualan kerupuk. Si abang mangkal setiap hari sampai jam 9, kecuali jumat sampai jam 8 (karena siap-siap sholat jumat).

Krupuk yang belum laku dijajakan sembari jalan pulang (ke Kedaung), kemudian ngider lagi setelah istirahat dan sholat duhur sampai jelang maghrib.

Saya datang jam tujuh lewat, mula-mula si abang menolak karena mangkal hanya sebentar. Beliau mengira, setalah nasi dititipkan kemudian saya tinggal pergi. Sehingga bang Sofyan tak sanggup, mengingat keterbatasan dimiliki. Setelah dijelaskan bahwa saya ikut menunggu, barulah maksud baik ini diluluskan.

Jujur, dengan sempitnya waktu membuat saya pesimis. Orang yang lewat tidak berhenti, padahal saya tahu mereka membaca tulisan " Beli kerupuk gratis nasi kuning". Alhasil, sampai jam delapan tidak ada satu kerupukpun dibeli orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun