Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Utang Itu Panas, Bisa Membakar yang Ada di Sekitarnya

6 Desember 2021   08:56 Diperbarui: 10 Desember 2021   21:28 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Sangat mungkin sebagian besar kita, pernah berurusan dengan utang piutang. Entah di posisi orang yang berutang, atau kita justru yang berpiutang (meminjami uang). Namanya juga manusia hidup, soal utang piutang (sebenarnya) termasuk hal yang lumrah.

Yang membuat menjadi tidak lumrah, adalah sikap kita terhadap utang tersebut. Terutama pihak pengutang, mengingat dia memiliki kewajiban mengembalikan. Kalau kita menyadari, sesungguhnya tanggung jawab berutang itu berat.

Menjaga amanah soal utang, tidak bisa sembarangan dan atau menganggap enteng. Tidak  mengembalikan uang yang dipinjam, bisa diibaratkan sedang menggali jurang. Orang yang mangkir membayar utang, reputasinya jatuh selanjutnya orang lain tidak dipercaya.

So, sikap terhadap utangmu akan mempengaruhi reputasimu. Utang itu panas bisa membakar yang di sekitarnya.

-----


Sudah sering kita mendengar cerita, rusaknya pertemanan atau renggangya persaudaraan gara-gara utang. Bermula dari itikad tidak baik si pengutang, yang mengobral janji mengembalikan tetapi tidak kunjung ditunaikan.

Kondisi paling parah adalah, saat yang punya utang berubah menjadi sangat galak. Ketika orang berpiutang menanyakan atau menagih, dibalas dengan pengingkaran demi pengingkaran. Mula-mula sekedar membual omongan, selanjutnya berani melakukan perlawanan fisik secara frontal.

Di medsos berseliweran kejadian, beringasnya pengutang saat ditagih. Saya pernah melihat ada video, sepasang suami istri dengan kasarnya menantang (pemberi utang) si suami sembari mengacungkan golok.  Ada video lain seorang ibu menghamburkan kalimat tak senonoh, menyumpahi orang yang sedang menagih.

Tak kalah pelik dan rumitnya, pengabaian utang yang terjadi antar saudara. Si pengutang mengulur-ulur janji ke saudara sendiri, bertahun-tahun tidak segera dilunasi. Sementara pemilik piutang serba salah, yang dihadapi adalah kakak/ adik/ saudara terdekat sendiri.  

Kalau renggangnya tali persaudaraan tak diindahkan, apalagi putusnya tali pertemanan tentu sangat tidak dimasalahkan.

sumber gambar ; muslimobsesion.com
sumber gambar ; muslimobsesion.com

Utang Itu Panas Bisa Membakar yang di Sekitarnya

Suatu hari Rasulullah SAW hendak menyolati jenazah, kemudian Beliau bertanya apakah almarhum memiliki utang. Sahabat menjawab bahwa yang meninggal masih ada utang, maka Kanjeng Nabi tidak berkenan menyolati.

"Ya Rasulullah, orang ini memang punya utang dan saya bersedia menanggung," ujar seorang sahabat.  Barulah Rasul bersedia menyolati.

Keesokan hari sahabat yang menanggung utang melapor kepada Rasulullah, bahwa utang almarhum sudah dibayarkan, kemudian manusia mulia bersabda, "sekarang sudah dingin kulitnya"

Dari kisah tersebut kita mengambil pelajaran, bahwa utang itu membuat panas. Kalau panasnya tidak segera dipadamkan, bisa membakar yang ada di sekitarnya. Membakar hubungan pertemanan, membakar ikatan persaudaraan, membakar kepercayaan, membakar reputasi dan seterusnya.

Efek panas  dialami tidak hanya semasa hidup saja, tetapi sampai yang punya utang meninggal dan dibawa ke alam kubur. Kalau tidak ada ahl waris yang membayarkan, betapa sedih menanggung beban sepanjang hayat.

Saya membayangkan, masyaAlah seandainya Rasullah SAW masih hidup saat ini. Rasanya banyak diantara kita tidak disholati Nabi, karena Beliau tidak bersedia menyolati sahabat yang punya utang.

sumber gambar ; mediaislam.com
sumber gambar ; mediaislam.com

------

Tidak ada yang melarang orang berutang, karena sangat mungkin suatu saat kita terpaksa meminjam. Utang boleh, tetapi janganlah membudayakan berutang.  Kalau utang sudah menjadi kebiasaan, diri sendiri yang menanggung kerepotan. Dan wajib diingat, harus membarengi utang dengan itikad mengembalikan sesuai kesepakatan.

Karena sekali mengingkari janji melunasi, akan mengubah banyak hal dari orang yang berpiutang. Yaitu berubah sikap, berubah ucapan, berubah pandangan dan tentunya hilang kepercayaan. Betapa gara-gara utang, bisa merembet ke semua urusan di luar utang piutang.

Utang tidak hanya kepada perseorangan, tetapi juga kepada lembaga keuangan atau (misal) bank. Utang dengan ada bukti hitam di atas putih, akan memiliki konsekwensi hukum bagi yang melanggar.

Kompasianer, mari sebisa mungkin menghindarkan diri dari jeratan utang. Karena utang itu panas, bisa membakar yang ada di sekitarnya.

semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun