Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadikan Hubungan Seks sebagai Hiburan Bukan Beban!

11 November 2021   07:34 Diperbarui: 11 November 2021   07:40 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernikahan adalah jalan syariat, dipersembahkan untuk manusia guna (salah satunya) memenuhi kebutuhan biologisnya.

Hanya dengan menikah, hal yang semula diharamkan (berhubungan seks) berubah menjadi halal bahkan mengandung keberkahan.

Bahwa setiap pernikahan diuji aneka masalah di setiap tahapannya, sudah menjadi sunatullah.

Tetapi dengan kehadiran masalah, seharusnya menjadi penghangat dan penguat pernikahan.

Masalah dalam rumah tangga, menjadi tantangan menyatukan dua isi kepala dan dua ego berbeda.

Saya mengalami sendiri, seiring bertambahnya usia perkawinan ujian juga semakin menantang.

saya dan istri banyak belajar, menyelaraskan kemauan dan menumbuhkan sikap toleran.

Kami menuju sepuluh tahun kedua pernikahan, mulai fokus menyiapkan dan mengantar anak menuju dewasa. 

------

Pekan lalu saya bergabung di Kuliah WhatsApp (Kulwapp), mengangkat tema "Masalah Pasutri Masa Kini" bersama dr. Indra NC Anwar Sp. OG.

Banyak insight menyoal kehidupan suami istri terutama hubungan seksual, yang secara pribadi membuat semakin berempati kepada istri (dan perempuan pada umumnya).

Kompasianer, dibalik tubuh perempuan yang terkesan lemah, ternyata terkandung kekuatan yang luar biasa.

Misalnya di setiap fase kehamilan ternyata sangat berat, mulai mual, mabuk, badan lemes, ngidam, kepala klinyengan, nafas ngap-ngapan, serba salah bergerak dan seterusnya.

Saya saksi, beratnya proses melahirkan seorang ibu.

Konon kalau ditakar dengan kekuatan lelaki, lelaki hanya sanggup sampai pembukaan tujuh melahirkan (sementara perempuan sampai sepuluh)

dokpri
dokpri

Detik- detik kepala bayi menyembul, seorang ibu ibarat mempertaruhkan nyawa.

Please, para pria jangan menjadi suami durhaka ya. Suka bersikap aniaya dan kasar kepada belahan jiwa yang seharusnya dilindungi.

Saya terhenyak pertanyaan member kulwapp, seorang ibu yang merasa kesakitan saat berhubungan seksual setelah memiliki anak.

Menurut dokter Indra, bahwa tiga bulan adalah masa organ reproduksi kembali ke kondisi semula.

Suami musti memosisikan sebagai support system, melibatkan diri dalam mengurus bayi.

Di tiga bulan pertama kelahiran, saya dan istri bergantian ronda malam karena bayi melek dan maunya digendong-- hehehe.

Apabila lewat tiga bulan seorang istri masih kesakitan berhubungan seksual, narsum menyarankan untuk segera diperiksakan ke dokter.

Sekalian bisa konsultasi, misalnya tentang pemakaian alat kontrasepsi yang tepat.

Mengingat pada alat kontrasepsi tertentu harus hati hati, misalnya spiral musti dirawat teratur agar tidak terjadi infeksi (melalui benang spiral yang berada vagina).

Infeksi akibat alat kontrasepsi (spiral), mempengaruhi rongga panggul dan membuat kerusakan di sel tekur.

koleksi pribadi
koleksi pribadi

Selanjutnya soal hyperseks, menurut dr Indra bisa terjadi apabila salah satu (suami/ istri) merasa tidak cukup dalam melakukan hubungan seksual.

Sehingga yang lain merasa tidak bisa memenuhi kebutuhan pasanganya.

Hubungan seksual sangat perlu komunikasi dan kesepakatan, agar suami maupun istri terakomodir kebutuhannya.  

Karena hubungan seksual, semestinya menjadi bumbu keharmonisan sekaligus memenuhi kebutuhan emosi.

So, jadikan hubungan seksual sebagai hiburan bukan beban.

Bahwa dengan berhubungan seksual, bisa mengurangi ketegangan (mungkin akibat masalah kerja atau efek pandemi).

Ada Insight narsum, yang membekas di benak saya.

 "Wanita sepanjang hidup mempunyai masa berbeda , dari lahir sampai masa manapouse. Masa kehamilan hanya dalam masa yang pendek, maka harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jangan menunda menikah jika sudah waktunya, jangan menunda hamil dalam kurun waktu tertentu. Seiring bertambahnya usia, jumlah sel telur akan berkurang dan tenaga semakin lemah".

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun