Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jangan Retakan Hati Buah Hatimu

2 Juni 2021   15:42 Diperbarui: 2 Juni 2021   15:44 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya pernah mendengar ulasan seorang praktisi pendidikan, bahwa marah atau hukuman kepada anak seharusnya fungsinya seperti obat. Namanya obat pasti pahit, tapi ketika dikonsumsi untuk menyembuhkan sakit.

Mengonsumsi obat dibutuhkan resep dokter, karena kalau dosisnya kurang sakitnya tidak sembuh kalau over dosis bisa semakin parah.

Demikian pula marah, juga ada ilmunya. Apalagi yang dimarahi buah hati sendiri, yang kepada mereka segala kebaikan masa mendatang diharapkan.

Kalau marah hanya untuk melampiaskan emosi semata, siapapun bisa , tidak harus menjadi orangtua.

Bagaimana kalau hati anak terlanjur retak?

Kita orangtua (yang dewasa) kembali ke kaidah, yaitu tidak malu meminta maaf lebih dulu (kepada anak). Di posisi ini singkirkan sejenak soal benar atau salah, orangtua yang sebaiknya mengalah.

Selanjutnya kita ambil pelajaran, bahwa kita orangtua seharusnya bisa menahan amarah dengan cara diam. Kemarahan pintu masuknya setan, membuat manusia tidak bisa mengendalikan lisan.

Kalau dengan diam masih belum mampu, tingalkan tempat dan ambil air wudhu dan begitu seterusnya sampai amarah mereda.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun