Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jangan Retakan Hati Buah Hatimu

2 Juni 2021   15:42 Diperbarui: 2 Juni 2021   15:44 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak berbuat salah jangan dimarahi, sejatinya mereka sedang belajar. Mengingatkan dengan kalimat yang baik, sebagai cara bijak agar anak tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Tetapi kalau misalnya anak salah lagi, mengapa kita tidak melapangkan hati memberi permaafan. Toh, kita orangtua juga (maaf ya) tidak soleh-soleh amat kan.

Rasulullah Muhammad SAW memberi keteladanan, untuk mengistimewakan anak. Mereka penghuni masa mendatang, yang meneruskan langkah generasi pendahulu.

Rasulullah mengajarkan anak sholat sejak dini secara bertahap (sesuai umur), dan berhati-hati soal sangsi pelanggarnya. Baru di usia sepuluh tahun, anak yang belum sholat baru boleh dipukul. 

Itupun memukul di bagian tertentu, tujuannya tidak untuk menyakiti.

Orangtua juga manusia biasa, sewaktu-waktu sangat bisa tersulut amarah. Tetapi orangtua identik dengan manusia dewasa, tidak hanya dari usia tetapi mustinya tercermin dari tindak tanduk dan ucapan.

Tidak ada yang melarang ayah dan ibu marah, tetapi musti marah dengan ukuran yang pas. Kemarahan orangtua dijaga, jangan sampai kebablasan membuat hati anak retak.

Karena kalau hati sudah retak atau terluka, niscaya butuh usaha lebih untuk mengembalikan seperti sedia kala.

-----

Menyoal marah, saya juga pernah marah pada anak. Hingga anak lanang menghindar berkomunikasi dengan saya. Hal ini baru saya sadari, setelah si sulung tidak saban hari ketemu (mondok).

Belajar di pondok saat pandemi, Santri tidak diperbolehkan keluar asrama dan orangtua tidak diijinkan menjenguk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun