Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Mencari Tambatan Hati dengan Dijodohkan Ibarat Menihilkan Gengsi

20 Mei 2021   07:53 Diperbarui: 21 Mei 2021   05:00 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pernikahan hasil dijodohkan. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Dalam seluk beluk dunia asmara, saya termasuk orang yang kurang lihai dan piawai. Saya relatif minim pengalaman menyoal pacaran, tetapi di kemudian hari saya belajar berdamai dengan diri sendiri.

Dulu saya pengin kayak orang-orang, yang kalau pacaran pergi kemana-mana (naik motor) berduaan layaknya sejoli sedang kasmaran. Sayangnya pikiran lugu saya kala itu, tidak nutut alias tidak sampai ke tahapan tersebut -- saking culunnya, hehehe.  

Kalaupun pernah sesekali naksir teman atau adik kelas (pertama kali kelas 4 SD, kayaknya), kebanyakan perasaan itu dipendam sendiri. Sampai sekarang saya bisa merasakan ulang, bagaimana deg-degan dan atau getaran saat bertemu dan melihat orang ditaksir.

Pernah sekali  nekad (saat SMA) hendak menunjukkan rasa suka, tetapi urung mengingat orang ditaksir menunjukkan gelagat menghindar.

Berbeda dengan beberapa teman --semasa berseragam abu- abu putih--, kelihatan gigih memperjuangkan cintanya.  Dibela-belain ini dan itu, hingga akhirnya cintanya tak bertepuk sebelah tangan.  

Tetapi saya sangat minder, bernyali kecil saat mendapati reaksi tak mengenakkan di awal. Sehingga saya terbilang lambat, berani menunjukkan dan mengutarakan rasa suka ke seseorang.

Seingat saya setelah kuliah semester tiga atau empat, itupun dengan kadar kegigihan yang (menurut saya) kurang maksimal.

Satu lagi kesalahan saya, yaitu tidak terlalu tertarik kepada cewek yang lebih dulu naksir. Saat itu saya merasa , seperti tidak punya effort di posisi demikian---  saya benar-benar salah bersikap.

Beberapa perempuan terpaksa tidak saya tanggapi (duh, maaf ya) , ketika menunjukkan kesukaan yang biasanya disampaikan melalui perantara teman.

Hal tersebut berkelanjutan sampai di tempat kerja, saya relatif cuek kepada beberapa perempuan yang terang-terangan menaruh perhatian dan rasa suka.

Kemudian saya baru tersadarkan, setelah usia merambat mendekati tigapuluh tahun. Ibu semakin sering cerewet, menanyakan kapan saya pulang membawa calon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun