Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wanita Tangguh Itu Biasa Kami Sebut Bu Ulung

17 Mei 2021   05:44 Diperbarui: 17 Mei 2021   06:33 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak nama perempuan termashur, yang dijadikan representasi dan definisi perempuan tangguh. Mereka, para  perempuan yang mewakili jamannya. Pemikiran dan atau tindakannya, terbukti membawa perubahan dalam skala besar dan waktu yang panjang.

Di Indonesia, banyak perempuan yang namanya semerbak. Dikenang sebagai pahlawan bangsa, jasa-jasanya dipatri dalam sanubari negri.

Tetapi kita tak boleh abai, betapa tak kalah banyak perempuan tangguh ada di sekitar kita. Paling dekat adalah ibu, kemudian istri, bisa jadi saudara kandung, kemudian kerabat, melebar ke tetangga, sahabat, teman, atau kenal sepintas dan seterusnya.

Atau perempuan tangguh itu, perempuan yang sekilas dianggap terlalu biasa sehingga diabaikan keberadaannya. Entah perempuan yang tukang sapu, yang tukang tambal ban, tukang parkir, penunggu lintasan kereta, penjual jamu keliling, pemulung, tukang sayur dan seterusnya.

Perempuan tangguh versi saya, adalah mereka yang tak lelah berjuang dan pantang menyerah. Perempuan yang siap pasang badan, demi masa depan lebih baik untuk anak-anaknya.

Meski kesannya tenaga dan pemikiran mereka kecil, tetapi tanggung jawab terhadap kehidupan tidak bisa diremehkan.

-------

Saban hari menjelang senja, saya sering melihat keberadaan perempuan paruh baya ini. Kerap duduk di plesteran semen, tak jauh dari bak sampah di depan rumah ibu mertua. Dengan sekilas melihat, saya bisa menebak pekerjaannya.

Kala itu saya masih tinggal di rumah kontrakan, tak jauh dari tempatnya duduk. Jadi lumayan sering berpapasan, dan si ibu tahu saya menantu empunya rumah.

Perempuan berparas kuyu, sedang istirahat karena kecapekan. Setelah keliling komplek, ngorek tempat sampah yang ada di depan rumah warga. Tak jauh dari tempatnya duduk, teronggok sekarung besar hasil mulung sesiangan.

Banyak warga cukup familiar dengan wajah dan perawakan. Kemudian seperti ada kesepakatan tak tertulis, memanggil ibu ini dengan panggilan bu pulung atau bu ulung---diambil dari kata pemulung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun