Namun intensitas perdebatan makin sering, lama kelamaan seperti membuat jarak. Anak lebih suka menghindar, dan meminimalisir berurusan dengan si ayah.
Anak memilih cerita apapun kepada ibunya, padahal saya berada di ruangan yang sama.
Sungguh saya dibuat merana, mendapati kenyataan tengah berlangsung. Saya seperti tidak terima, dengan kondisi serba kaku ini.
Ibarat kata, saya bergerak sedikit saja, bocah ganteng ini langsung sigap -- maksudnya mau ikut.
Saya masih ingat ketika pergi keluar kota, ibunya cerita kalau si mbarep tidak mau tidur karena menunggu saya pulang (saking deketnya).
Maka tanpa membuang banyak waktu, saya musti memutuskan rantai keadaan agar tidak keterusan.
Bahwa sayalah yang musti menurunkan ego, tak ada guna bersikeras dengan anak sendiri.
Tekad berubah itu semakin membulat, ketika berkesempatan mengunjungi Pondok Lansia di daerah BSD.
Melihat kaum rentan tinggal di Panti, karena kerap berantem dan tidak cocok dengan keluarga anak-anaknya.
"Kebanyakan mereka, memiliki masalah pelik dengan keluarganya Pak" ujar pengurus Panti.