Kalau saya perhatikan, ada sebagian ayah kurang dekat dengan (terutama) anak lelaki. Dari pengalaman pribadi, saya juga merasakan hal demikian.
Anak lelaki yang beranjak remaja, biasanya mulai ada konflik dengan ayahnya.
Dulu ketika kelas satu atau dua SMA, ayah kerap tidak setuju dengan (beberapa) kegiatan saya di luar kelas.
Lebih-lebih ketika sudah lulus sekolah atas, kemudian ayah mengetahui fakultas hendak saya ambil tidak sependapat dengan beliau.
Saya sampai beradu argumentasi cukup sengit, padahal formulir pendaftaran sudah saya isi dan tinggal mengembalikan.
Maka endingnya bisa ditebak, bahwa nama saya tidak tercantum di koran pengumuman.
-----
Setalah masa jauh berlalu, sekarang saya menempati posisi sebagai ayah. Saya mulai bisa menerka, perihal sikap ayah (saat saa belia).
Entah benar atau salah terkaan saya, tetapi naluri sebagai ayah saya bisa merasakan satu hal.
Ya, Ayah pasti ingin sesuatu yang terbaik untuk anaknya.Â
Hanya cara mengomunikasikan, semestinya memakai cara yang tidak biasa.Â