Belajar dari kejadian leluhur manusia ini pula, saya meyakini bahwa berpasangan (laki-laki  dan perempuan) sesungguhnya menjadi fitrah manusia. Karena secara kodrati sudah disediakan pasangan, tugas manusia adalah berupaya terbaik, agar bisa bersua dan menjemput belahan jiwa.
Kalaupun ada kasus unik, sampai berumur lanjut tetapi belum bersua pasangan. Hal ini di luar kuasa manusia, tetapi jauh lebih penting adalah menunjukkan usaha maksimal.
Jangan sampai karena yang ditunggu tak kunjung tiba, membuat semangat serta pengharapan itu padam.
-------
Tetapi pernikahan layaknya menjalani kehidupan keseharian, lengkap dengan aneka permasalahan yang bisa berat atau ringan tetapi semua sangatlah wajar.
Pernikahan adalah ajang pembuktian, atas komitmen atau janji pernah diucapkan saat ijab di hadapan penghulu, orangtua, kerabat, sanak keluarga dan handai taulan.
Pernikahan ibarat gerbang kehidupan baru, yang menyediakan permasalahan baru sesuai tahapan kehidupan dan usia kita.
Namun menikah sekaligus sebagai kesempatan belajar, mendewasakan diri beriring badai ujian yang datang menghampiri. Menikah (dijamin) pasti ada tantangannya, tetapi jangan khawatir kita telah dibekali akal pekerti untuk menyelesaikan.
Seberapa sungguh-sungguh ikhtiar dalam menemukan jalan keluar, hal demikian yang mempengaruhi kualitas mental manusia itu sendiri.