Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Menemukan Tekad Kuat Diet Ibarat Mendapatkan Hidayah

13 Juli 2020   13:26 Diperbarui: 15 Juli 2020   16:25 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Shutterstock via Kompas.com)

Kompasianer, mungkin kalian sepakat dengan saya. Bahwa (sebagian besar) kita manusia, pada umumnya suka ngeyel atau mencari pembenaran.

Apa yang dilakukan yang menurutnya benar (padahal tidak), dipertahankan karena menyenangkan atau membuat dirinya nyaman.

Misalnya yang malas olahraga, ada saja pembenaran yang dikemukakan, padahal jelas jelas yang dilakukan adalah alibi agar tetap bersantai dan tidak olahraga.

Misalnya lagi yang makannya banyak dan bebas kontrol jenis asupan, biasanya abai dengan pantangan yang sebenarnya baik untuk diri sendiri.

Persoalan ngeyelan, ternyata juga diterapkan di bidang lain. Misal di pekerjaan, tak jarang ada yang maunya usul atau idenya yang diperhatikan.

Atau bagi marketing yang dikejar target penjualan, kadang membenarkan segala cara agar target ditetapkan perusahaan bisa tercapai.

dokpri
dokpri
Kompasianer, yang saya sampaikan menyoal olahraga dan makan adalah murni pengalaman pribadi. Saya yang dasarnya pecinta gorengan dan mager, menyangkal apabila ada yang menghalangi.

Pun masalah marketing yang kongkalingkong, juga pengalaman pribadi yang benar-benar menguji pertahanan antara kebaikan dan keburukan.

Rangkaian pengalaman, yang setelah jauh hari berikutnya, sebagian ada yang saya sesali dan menjadi pelecut untuk berubah.

------

dokpri
dokpri
Dulu saat bobot tubuh saya di kisaran satu kuintal, saya seringkali mengelak dikatakan gemuk dan menyakinkan diri bahwa tidak gemuk.

Melihat penampakan diri di foto, merasa punya badan proporsional antara tinggi dan berat, sehingga selalu merasa nyaman dan tak masalah.

Saya sebelum pergi ke suatu tempat, menyempatkan diri mampir ke tukang gorengan dan membeli 4-5 biji (campur bakwan dan tahu isi).

Sepanjang perjalanan sambil nguyah, kalau sedang lampu merah atau macet dijadikan kesempatan menggigit gorengan yang dibawa.

Bagi saya kenikmatan tiada dua, adalah naik motor sambil ngemil gorengan kegemaran. Kemudian di rumah gorengan dijadikan lauk, makan dengan nasi anget plus sambal kecap.

Itu baru gorengan lho, belum asupan yang manis-manis. Seperti dawet, es buah, sesekali nongkrong di bubur kacang hijau dan seterusnya.

Anehnya kalau mencari baju, saya sok lihat dan milih yang ukuran L bahkan pernah memaksa mencoba M. Meskipun akhirnya, tetap saja yang dibawa ke kasir ukuran XL.

Demkian pula dengan membeli celana, sok mencoba ukuran kecil padahal lingkar pinggang tak pernah berbohong.

Dan ternyata saya tidak sendirian, teman kantor yang ukuran badannya sepadan juga bersikap tak jauh beda. Tampak ngotot dan meyakinkan kepada orang lain, bahwa dirinya tidak gemuk, bahwa dirinya memiliki tubuh proporsional.

Menemukan Tekad Kuat Diet Ibarat Mendapat Hidayah

Semua alasan dan pembenaran diri sendiri, akhirnya kandas dan luruh. Ketika tiba-tiba saya dihadapkan, pada risiko atas akumulasi sikap selama ini.

Suatu ketika badan tambun ini mendadak tumbang, merasakan sakit yang kepayahan dan saya merasa bahwa kondisi ini cukup fatal.

Setelah dibawa periksa dokter, barulah didiagnosis nama penyakit yang memilukan. Kemudian ahli nutrisi memberi saran, saya musti move on dari kebiasaan (konsumsi) buruk selama ini.

Gorengan dan gula yang menjadi kegemeran harus dicoret, kebiasaan malas gerak dan enggan olahraga musti segera ditinggalkan.

dokpri
dokpri
Sekeluar dari klinik, dada ini seperti dialiri semangat dan tekad baru. Tidak ingin mengulang kejadian serupa (badan tumbang) di kemudian hari.

Sepulang periksa, benar-benar saya terapkan saran ahli nutrisi. Perbanyak minum air putih, mengganti sumber karbo, dan tentunya olahraga.

Entahlah, tekad berubah ini menguat. Dan saya menyadari dengan sangat, bahwa sikap yang menggampangkan soal asupan ternyata salah besar.

Menemukan kesadaran dan rela menjalankan diet, benar-benar seperti mendapat hidayah. Keberatan mengekang nafsu makan, bisa dikendalikan tanpa ada yang memaksa.

Maka kalau sekarang, saya melihat, mendengar atau berhadapan. Orang dengan badantambun, tetapi merasa proporsional dan tak ingin diet. Saya sangat memaklumi, karena pernah berada pada posisi demikian. 

Dan kalau belum tersentuh hati, biasanya sulit sekali mengubah kebiasaan.

Ya, menemukan tekad kuat diet. Tak ubahnya seperti mendapat hidayah.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun