Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setiap Ayah Ditakdirkan Tangguh? [Review Buku "Ayah Tangguh" ]

5 Juli 2020   15:06 Diperbarui: 5 Juli 2020   16:06 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apakah ayah setuju ketika  mendengar kata rumah maka benak kita akan membayangkan tempat di mana ada cinta, kehangantan, kenangan menyenangkan juga tempat unuk selalu kembali pulang?" Prolog buku Ayah Tangguh -- Dandy Birdy

Saya pribadi, ketika diperkenankan-NYA menghadiahi rumah untuk istri dan anak-anak. Tekad yang kali pertama muncul di benak ini, adalah bahwa rumah ini musti menjadi tempat yang nyaman.

Artinya rumah yang selalu dirindukan penghuninya, untuk segera pulang dan berkumpul. Merasakan hawa rumah, yang tidak ada dan tidak didapatkan di manapun.

Saya ingat kalimat diucapkan istri, setiap pulang dari bepergian yang menginap satu dua hari. Setelah meletakkan koper isti pakaian kotor, istri kerap mengucapkan. "Memang beda rasanya, kalau sudah di rumah sendiri"

Rumah yang dibeli dengan jerih keringat, yang setiap barang dan sudutnya, telah disentuh dan diberi ruh pemiliknya. Dan  si ayah, memegang tampuk kendali itu. Karena di pudaknya kepemimpinan negara mini dipercayakan.

Membaca buku "Ayah Tangguh" karya Dandy Birdy, saya seperti diajak menekuri diri sendiri. Menguliti semua sikap, yang (sebagai ayah) telah saya lakukan sepanjang berumah tangga.

"Kamu laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Oleh karena Allah telah melebihkan sebagian  mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)".  QS An-Nisa ; 34

dokpri
dokpri
-----

Kompasianer, menjadi ayah memang butuh proses, dan proses bisa dipengaruhi latar belakang si ayah. Kompasianer bisa mendapatkan beberapa tipe ayah, pada Bab I - Disharmoni Keluarga.

Ada tipe ayah "Si Anak Mami", "Si Penyiksa", "Si Pelit", kemudian ada tipe ayah "Si ATM", "Si Ambisius", "Si Pemarah" dan "Ayah Virtual".

Setiap tipe ayah bisa dibenahi, dengan syarat si ayah mau belajar membenahi diri. Dan kesadaran atau keinginan berubah (menjadi lebih baik) , musti dimunculkan oleh ayah sendiri.

Sampai di Bab III - Niatkan Diri Menjadi Pelita Hidup Sepanjang Masa, saya seperti disadarkan betapa menjadi ayah itu sebuah kepercayaan luar biasa dari kehidupan.

Saperti kalau kita mempercayakan sebuah tugas pada seseorang, sebelumnya pasti kita sudah meyakini bahwa orang dipilih adalah orang yang sanggup menjalankan tugas itu.

Demikian pula tugas menjadi ayah, berarti kita dipercaya kehidupan akan sanggup memanggul amanah dahsyat tersebut. Dandy Birdy membagi ketangguhan ayah, dari sisi tangguh spiritual, emosional, fisik, sosial dan intelektual.

Sebegitu beratkah tugas keayahan ?

Kalau saya bukan memandang beratnya, tetapi melihat dari sisi menantangnya. Karena kalau sebuah tantangan, berarti kita bisa menguji diri dalam mencari jalan keluar.

Setiap Ayah Ditakdirkan Tangguh ?

 

dokpri
dokpri

"Setiap ayah memiliki kapasitas hebat untuk menuntaskan tugas sebagai hamba Allah & khalifah alam semesta" Buku Ayah Tangguh halaman 130

Pada Bab "Hidupkan Keteladanan", saya semakin meyakini bahwa setiap ayah sangat bisa menjadi ayah tangguh. Karena fitrah menggariskan demikian, tinggal si ayah itu sendiri menyadari atau abai.

Manusia pilihan telah menorehkan dengan tinta emas, kisah abadi tentang keayahan yang bisa menjadi suri tauladan.

Kompasianer yang muslim, siapa tak kenal dengan ayahanda Luqman al Hakim. Nama ayah hebat ini terpahatkan di Al Quran, sampai dibuatkan surat tersendiri yaitu surat Luqman.

Warisan Luqman al- Hakim, bisa kita simak sekaligus dicontoh pada surat Luqman di ayat 12, 13, 16, 17 dan 19. Ayat ayat tersebut, bisa  menjadi cermin  bagi para ayah hingga akhir jaman.

Kemudian Rasulullah Muhammad SAW, Baginda Nabi yang setiap tutur dan tindakan selalu menebarkan cahaya kebaikan. Ketika Rasulullah menghadapi putri beliau Fatimah RA, yang menggiling gandum dalam keadaan menangis.

Rasulullah bersabda "Ketika seorang suami pulang ke rumah, kemudian istri menyambutnya dengan senyuman, dan bersegeralah mengulurkan tangannya untuk mengambil tangan suaminya, maka dosa dosa mereka berdua serta merta berguguran sebelum tangan mereka dilepaskan" (HR Abu Daud).

Masih banyak suri tauladan atau kisah keayahan yang menggetarkan jiwa, bisa menjadi pemantik semangat para ayah untuk menjadi ayah tangguh. Beberapa kisah keteladanan ayah, ada di buku Ayah Tangguh. 

----

dokpri
dokpri
Buku Ayah Tangguh, adalah trilogi dari dua judul buku lainnya "Membasuh Luka Pengasuhan" dan "Membayar Utang Pengasuhan".

Jadi Kompasianer jangan berhenti membaca di satu buku saja, biar tuntas belajar dan sebagai bentuk upaya menuju Sakinah Mawaddah wa Rahmah- Amin.

Testimony Irwan Rinaldi -- Penggiat Keayahan

"Setiap ayah atau calon ayah wajib membaca tiga buku ini sebagai sebuah roadmap sekaligus biografi seorang laki-laki sejati.

Setiap bunda dan calon bunda wajib membaca buku ini karena mengungkap semua tantangan pengasuhan yang selama ini seperti sebuah rahasia besar yang telah menyebabkan bencana dalam rumah tangga.

Dan masyarakat kita wajib membaca buku ini sebagai sebuah terapi penyembuhan yang menyetuh esensi buka aksesori"

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun