Ada lho, seorang temen yang pernah berucap, "nikah itu nambah masalah". Entahlah, apa karena (kebetulan) teman ini pada usianya yang sudah tigapuluh tahun lebih belum menemukan pasangan. Jadi semacam pembelaan, atau mungkin pernah mendapati pasangan pernikahan dan tidak bahagia.
Setelah saya coba kulik, akhirnya tercetus juga alasannya. Menurutnya, menikah membuat kebebasan terampas. Yang biasanya cukup mikir kebutuhan sendiri saja, jadi nambah mikir kebutuhan pasangan. Belum kalau sudah punya anak, pikiran dan kebutuhan hidup jadi bercabang-cabang.
Hmmm, sekillas pendapat ini (terkesan) tidak salah. Tetapi, bukankah hidup sendiripun, tidak bisa menampik datangnya masalah. Bagi yang memilih hidup sendiri, juga tidak bisa melepaskan diri dari ujian kehidupan.
Menurut saya, menikah bukan sekedar anjuran, tetapi sudah dicontohkan Rasulullah. Saya meyakini, dibalik anjuran manusia mulia tentang pernikahan, pasti terkandung tujuan yang tak kalah mulia. Asalkan, kita menjalani (menikah) dengan sebaik-baiknya.
"Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan(mengeraskan) hati" HR Tirmidzi 2/50
Saya berani menjamin, setiap orang pasti menemui onak duri di sepanjang hidupnya. Seorang kaya raya sekalipun, tidak bisa menjamin hidupnya lurus mulus tanpa kerikil. Jalan menanjak di kehidupan adalah keniscayaan, dirancang untuk menumbuh sikap dewasa.
Orang yang rendah hati hadir, setelah melewati kepedihan dan kekecewaan yang sangat. Sikap empati muncul, ketika seseorang pernah berada di titik nadhir hidupnya. Karena dari keperihan itu, bisa merasakan tidak nyamannya menyandang derita.
Saya sangat meyakini, justru dari ujian demi ujian akan memulaskan warna- warni indah dalam perjalanan hidup setiap orang. Alangkah kering dan membosankan, ketika kanvas hanya punya satu warna di permukaannya.
Orang yang hanya diliputi kesenangan di sepanjang hidup, (menurut saya) kecil kemungkinan merasakan kegelisahan orang lain. Keenakkan dan kenyamanan yang terus menerus, membuatnya minim pengajaran tentang kesedihan orang lain.
"Nikah Itu Nambah Masalah ?"
Menikah, adalah salah satu tahapan dalam kehidupan. Secara culture, disepakati dimulai ketika orang menyandang predikat dewasa ( biasanya di rentang duapuluh tigapuluh tahunan) Menikah diselenggarakan kehidupan, (saya meyakini) tentu demi kebaikan manusia itu sendiri.
Menikah memang tidak mudah, butuh perjuangan dan kerja keras tak berbatas. Tetapi pada ujung perjalanan, akan didapati aneka nilai yang tak terperi. Sebegitu utamanya menikah, sampai Baginda Nabi mencontohkan dengan begitu sempurna, untuk diikuti umatnya.
Bahwa Rasulullah bersabda "Apabila seorang hamba menikah, maka sungguh orang itu telah telah meyempurnakan setengah agama maka hendaklah dia bertakwa kepada Allah setengah lainnya". (Hadis ini dishahihkan lagi oleh Al Bani dalam Shahihut wat Tarhib)
Menikah, membolehkan apa yang sebelumnya dilarang. Larangan berdua pria dan wanita dewasa seketika gugur, setelah keduanya melaksanakan ijab kabul di depan penghulu. Berhubungan badan termasuk kategori zina, berubah menjadi halal dan syah ketika laki-laki dan perempuan terikat dalam tali pernikahan.
Atas dihapusnya batasan-batasan itu, justru membuka pintu yang mengantarkan keberkahan bagi suami-istri. Menghadirkan pengetahuan dan pengalaman baru, yang niscaya akan mendewasakan keduanya.
Suami dan istri diproses sedemikian rupa oleh kehidupan, pada suatu hari akan menemui dirinya dengan kondisi baru. Terjadi perubahan dalam mindset, tentang paradigma bahagia dan pandangan tentang kehidupan.
------
Tetapi dengan menikah, setiap episode hidup akan dihadapi berdua. Dan sudah semestinya, suami istri (mau tidak mau) dituntut bekerja sama,. Bayangkan indahnya, ketika suami terpuruk istri hadir menentramkan dan memberikan support semampunya. Istri bersedia menjadi tameng terdepan, meraup kesedihan suami sekaligus menjadi pelipur lara.
Pun pada saat istri gundah, suami menenangkan menanamkan keyakinan. Suami sebagai kepala keluarga, dengan sepenuh kesadaran pasang badan atas semua nafkah penghidupan.
Moment yang terlihat biasa (tetapi sesungguhnya istimewa) inilah, yang bisa menjadi alasan memupuk rasa sayang pada pasangan. Sanggup menumbuhkan rasa cinta, hanya kepada belahan jiwa.
Maka ketika waktu kebangkitan itu tiba, ketika lepas dari derita dan nestapa. Sudah selayaknya, pasangan menjadi orang pertama yang pantas dibahagiakan. Menikah tidak menyediakan jalan penuh wewangian bunga, karena tidak ada proses yang dilalui dengan begitu mudahnya.
Saya meyakini, bahwa apa yang diselenggarakan oleh kehidupan, pasti untuk kebaikan manusia itu sendiri. Kalaupun dalam prakteknya masih tertatih-tatih, menjadi kesempatan kita belajar dan terus belajar.
Jadi lalau ada yang bilang "Nikah Nambah Masalah", sebaiknya diluruskan pendapat ini. -- semoga bermanfaat.