Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Belajar Mengelola Ego dengan Berlari

14 Oktober 2019   06:15 Diperbarui: 14 Oktober 2019   06:22 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbahagialah, Kompasianers yang gemar dengan olahraga lari. Bagi saya, olahraga lari adalah cara efektif belajar mengelola dan atau mengalahkan ego. Dulu usai perang badar (salah satu perang yang sangat besar), Rasulullah bersabda bahwa kita pulang dari perang kecil menuju perang besar dan perang besar itu adalah melawan diri sendiri.

Saya yakin tidak ada yang menyangkal, bahwa sangat tidak mudah berjuang menaklukkan ego yang bercokol dalam diri sendiri. Lazimnya ego, maunya melakukan yang enak-enak saja dan membuat nyaman tetapi hasilnya bagus.

Misalnya yang paling simpel saja, penginnya makan yang enak-enak tanpa pilah pilih, seperti makan jeroan, gorengan, santan dan lain sebagainya. Tetapi pada saat yang bersamaan, tidak mau terkena kelosterol tidak mau terdampak darah tinggi. 

Misalnya lagi maunya bermalas malasan tidak usah aktif bergerak, tetapi tetap punya badan yang sehat dengan berat badan proporsional, terbebas dari obesitas dan lain sebagainya.

Padahal hidup ini telah diatur sedemikian rupa, telah ditetapkan hukum sebab akibat, sehingga manusia akan mendapatkan sesuai apa yang telah dikerjakan. Azas keadilan berlaku dalam hidup ini, hasil akan menghampiri pada siapa yang berupaya. 

Maka kalau ada brand atau instansi, yang melibatkan blogger dalam event seperti Healthies Run, Fun Run, Runner dan sebagainya (terkait dengan lari), saya tak enggan mendaftar.


dokpri
dokpri

Bukan karena jago lari, tetapi sebagai kesempatan bagi saya belajar menaklukkan diri sendiri. Keikut sertaan dalam event lari juga bukan diniatkan untuk menang (karena sadar kemampuan diri), tetapi murni untuk belajar menerapkan gaya hidup sehat dan menaklukan ego.

Hubungan Berlari dengan Belajar Mengalahkan Ego

Awal bulan ke sepuluh tahun ini, saya mendaftar event lari yang diselenggarakan oleh salah satu Kementerian. Seperti kegiatan lari pada umum, pagi sebelum matahari terbit sudah ada di lokasi. Coba perhatikan dari jam buka pendaftaran saja, bagi saya sudah tantangan untuk mengalahkan rasa malas.

dokpri
dokpri

Minggu pagi itu, saya sudah bangun jam tiga dini hari untuk bersiap-siap. Bersikeras meninggalkan empuk kasur dan selimut tebal, rela melawan dingin dan mengusir enggan.  Mandi dini hari dan segera meninggalkan rumah, dengan roda dua menuju lokasi telah ditentukan.

Ok, akhirnya saya berhasil melewati tahap awal, sampai di lokasi setengah jam dari jadwal dibuka meja registrasi. Bisa menunaikan subuh berjamaah, panitia telah menyiapkan mushola darurat yang cukup nyaman. 

Saya membawa bekal buah potong dan air putih hangat, cukuplah untuk mengganjal lambung sekaligus sebagai sarapan sehat. Sampai waktu di garis start tiba, runners siap menunaikan tugasnya menempuh jarak 5 K.

dokpri
dokpri

Sekitar seribu pelari, serentak bergerak mengikuti jalur yang telah disiapkan panitia. Rutenya hanya memutari jalanan di seputar gedung Kementrian, tetapi dibuat berkelok-kelok (alias putar balik) supaya jarak 5 K terpenuhi. 

Dan pada satu kilometer pertama, nafas mulai ngos-ngosan, sementara jarak tempuh masih lumayan jauh.  Barulah secara alami terseleksi, siapa peserta yang niat lari dan siapa yang setengah-setengah atau yang hanya ikut euforia saja.

dokpri
dokpri

Di sinilah kesempatan mengalahkan ego itu datang, saya komit untuk konsisten berlari meski kecil dari garis start sampai garis finish. Meskipun untuk keputusan ini, saya harus menghalau keinginan jalan atau memotong jalur.

Setengah perjalanan terlewati, panitia menyediakan water station, runners bisa melepas haus sebentar. Selepas melepas dahaga, saya mulai menemui peserta yang mulai berjalan secara berkelompok. Ada juga yang jalan santai, beberapa ada yang saya dapati memotong rute ditentukan. Tapi namanya juga fun run, maka tidak berlaku aturan yang kaku, dan panitia sudah mewanti wanti agar peserta tidak memaksakan diri.

Akhirnya saya berhasil mencapai garis finish, masuk kategori peserta yang ada di kelompok tengah. Artinya sebagian runners sudah sampai lebih dulu, sementara sebagian lainnya masih ada di barisan belakang. Saya sangat menikmati, bagaimana segarnya kondisi tubuh setelah berlari. Yaitu ketika keringat mengucur deras keluar dari pori pori, ketika darah terasa mengalir dengan lancarnya. Dua kaki ini selonjoran di pelataran, sembari duduk santai tanpa alas bersama pelari lainnya.

dokpri
dokpri

Air putih yang diberikan di garis akhir, menjadi penawar lelah dan dahaga. Buah pisang disediakan panitia, membuat tenaga kembali dicharge setelah terkuras. Pagi itu saya merasakan manfaat ganda, selain fisik yang ditempa juga ego diri yang dikalahkan.

Coba, kalau dalam keseharian hal yang sama diterapkan, belajar mengalahkan ego bisa melalui berbagai cara. Misalnya mengalah untuk hal yang tidak prinsip, mau mendengar pendapat orang lain, bersedia mengutamakan orangtua atau saudara dan seterusnya dan seterusnya.

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun