Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Meskipun Dianjurkan Agama, (Saya Yakin) Tidak Semua Pria Ingin Poligami

11 Juli 2019   15:14 Diperbarui: 11 Juli 2019   18:52 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Shutterstock

Nabi Muhammad SAW, nabi utama agama Islam melakukan praktik poligami pada delapan tahun sisa hidupnya, sebelumnya ia beristri hanya satu orang selama 28 tahun. Setelah istrinya saat itu meninggal (Khadijah) barulah ia menikah dengan beberapa wanita. Kebanyakan dari mereka yang diperistri Muhammad adalah janda mati, kecuali Aisyah (putri sahabatnya Abu Bakar).

Masih terekam jelas di benak, dua momen istimewa yang tak bakal terlupa sepanjang hayat dikandung badan. Adalah dini hari sebelum adzan subuh berkumandang, dan satu lagi selepas waktu maghrib menuju isya.

Di ruangan yang didominasi warna putih, waktu berjalan begitu lambat dan jantung seolah hendak lepas dari tempatnya. Melihat dokter dan perawat berjibaku, calon ayah ini hanya bisa terpaku sambil merapal doa. Sementara telapak tangan istri, mengenggam erat tangan suami, seolah tak mau sedetik pun berjarak, memastikan si suami berada di samping turut merasakan apa yang dirasakan.

Wahai para suami dan para ayah yang baik, tentu sangat beruntung apabila berkesempatan mendampingi istri saat melahirkan. Detik detik menegangkan tersebut, sekaligus akan menjadi momen istimewa, yang niscaya dapat merekatkan ikatan suami istri.

Mengikuti tahap demi tahap dalam proses melahirkan, bagi saya adalah waktu yang cukup monumental dan bersejarah sepanjang hidup. Makanya kalau ada yang mengumpamakan, bahwa melahirkan adalah pertaruhan nyawa, saya rasa memang benar dan begitu kenyataannya.

Perjuangan berat menjadi ibu saat melahirkan, adalah ketika melewati pembukaan demi pembukaan, puncaknya ketika kepala calon bayi mendesak jalan lahir. Saat ubun-ubun dari kepala calon bayi mulai tampak, perjuangan sang ibu terasa semakin berat, kala itu saya tak henti menyemangati.

"Yuk, kita hitung bareng dan semua yang di sini bantu ngeden," dokter menyemangati.

"Satu, Dua, Heekkkk, kepala bayi sudah maju. Yuk ulang lagi. Satu, dua, hekkkk. LAGI. Satu, dua, hekkk...." Begitu kepala bayi keluar maka proses melahirkan dilalui.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Dan suasana berubah pecah, ketika tangis jabang bayi dinanti memenuhi ruangan. Kami semua lega, sementara istri tampak kelelahan dengan wajah pucat pasi. Dua kali mendampingi istri melahirkan, saya seperti berutang budi kepadanya, dan tekad melindungi dan membahagiakan seolah tidak terbendung.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun