Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Meski Freelance, Jangan Abai Kirim THR untuk Orang Tersayang!

22 Mei 2019   14:55 Diperbarui: 22 Mei 2019   15:06 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kalau  mau dikabulkan hajat, Jangan doa, Ya Alloh kalau project X goal, saya janji mau kasih emak uang sejuta. Tapi nadzarnya musti dibalik, kasih dulu uang ke emak (semampunya), baru berdoa agar project X dilancarkan" UYM

Suatu hari, saya pernah menyimak Tausiyah Ustadz Yusuf Mansyur (UYM), perihal algoritma rejeki, sang ustads mengajak jamaahnya berpikir anti mainstream. Saya pikir memang benar juga, konsep memberi bagi kebanyakan kita, adalah setelah punya (misalnya) uang berlebih baru akan memberi.

Lebih lanjut UYM menyampaikan (lebih kurang), "Kalau setelah punya (uang) baru memberi itu biasa, yang luar biasa itu memberi pada saat kita belum berpunya. Justru pemberian sebelum kita punya (uang),  akan memancing datangnya rejeki lebih besar"

Sungguh, kala itu saya merasa beruntung, bisa menyimak tausiyah UYM dan tercerahkan dengan materi yang mampu merubah mindset saya tentang algoritma rejeki.

Karena penasaran, akhirnya saya praktekkan sendiri, (kala itu) pada saat sedang berangkat meeting ke sebuah perusahaan, saya sempat berhenti di pinggir jalan dan memberi tukang sapu. Benar saja, sampai di tempat pimpinan perusahaan buru-buru ada urusan mendadak, sebelum berangkat saya diberi waktu beberapa menit, ajaibnya tanpa basa basi pimpinan langsung nego harga dan akhirnya deal.

Ya Alloh, saya takjub dengan kenyataan terjadi, tanpa perlu berlama-lama (di hari yang sama), saya membuktikan tausiyah UYM

Kompasianer wefie bersama UYM(baju hitam) -dokpri
Kompasianer wefie bersama UYM(baju hitam) -dokpri
---

Hari ini jalan hari ke 17, event Samber THR (Satu Bulan Bercerita- Tebar Hikmah Ramadan) di Kompasiana berlangsung. Bagi saya, Samber THR 2019 adalah kali kedua yang saya ikut (Samber THR baru dua kali diselenggarakan). Samber THR tahun lalu, dengan tertatih-tatih saya ikut menyelesaikan tantangan menulis selama 33 hari penuh. Lebih-lebih, kalau sedang ada pekerjaan lain, saya dituntut pintar mengelola waktu, agar tantangan menulis tidak melewati tenggat ditentukan (pukul 23.59 setiap hari)

capture Samber THR-dokpri
capture Samber THR-dokpri
"Ikut Samber THR nggak?" tanya saya pada kompasianer, saat cara Nangkring kemarin.

"Enggak, suka bingung, nulis ditentuin tema" jawab teman ini.

Menulis saban hari dengan tema ditentukan, memang tantangan tersendiri. Saya 'memaksa' diri menggali ide, terutama tema kurang dikuasai. Ternyata tidak saya saja, Kompasianer lain mengatakan hal yang sama, baik ketika ngobrol tatap muka atau melalui chating.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun