Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Manfaat Mengajari Sikap "Siap Kalah" pada Anak

20 April 2019   13:05 Diperbarui: 23 April 2019   20:15 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menang dan kalah adalah keniscayaan, tinggal bagaimana orangtua mengajari bagaimana anak menyikapi dua kondisi tersebut. Mengajari anak siap kalah, berarti mengajari anak menerima kekalahan dan mengakui kemenangan orang lain (dalam sikap dan tindakan) tanpa prasangka buruk.

Manfaat Mengajari anak Sikap Siap Kalah

Memperkenalkan kehidupan dengan Utuh
Seperti halnya senang dan sedih, suka dan duka, kaya dan miskin, bahagia dan lara, maka menang dan kalah adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup ini. Setiap manusia dijamin mengalami dua hal yang berbeda, dan kehidupan memiliki maksud mulia atas dua hal berbeda tersebut.

Sedih, duka, miskin, lara dan kalah, bukan hal yang tabu dan memalukan, semua terkandung hikmah yang baik untuk manusia itu sendiri. Ibarat ikut sebuah kompetisi, perhatikan saja, yang sekarang menang, belum tentu pada kompetisi berikutnya menang (kalau dia terlena dan tidak waspada). Hal yang sama berlaku pada peserta yang kalah, suatu saat akan menang kalau mau belajar lebih dari kekalahan yang pernah dialami.

Belajar dan Merasakan bagaimana kalah itu
Psikolog Annamari Neal, mengatakan "Anak yang tidak belajar bagaimana rasanya gagal, maka tercipta energi neurotik yang disebut perfeksinisme. Mereka terjebak dalam lingkaran sempurna dan kehilangan kesempatan untuk belajar dari pengalaman."

Serem ya, menyimak pernyataan psikolog Annamari Neal, maka sebenarnya banyak hal bisa dipetik dari kekalahan. Semangat dan atau tekad untuk bangkit, hanya bisa dilakukan dan dialami oleh seorang yang pernah kalah atau terpuruk sampai titik nadir. Perasaan tidak enak tersebut, niscaya bisa bisa menjadi pelecut bagi anak untuk berbenah diri, kalau tidak ingin mengalami hal serupa di kemudian hari

Anak mbarep saya (sekarang sudah SMP), di akhir semester pernah mendapat nilai tidak memuaskan pada mata pelajaran tertentu. Tanpa saya suruh-suruh, ternyata dia belajar dua kali lebih keras daripada sebelumnya, pada semester berikutnya mendapat nilai yang bagus.

Menumbuhkan Sikap Empati dan Menghargai
Berada pada kondisi kalah, akan menumbuhkan sikap empati pada orang yang kalah (karena pernah merasakan sendiri) Pun ketika suatu saat anak berkesempatan menang, dia akan tetap menahan diri untuk tidak merayakan besar-besaran yang membuat pihak lain (yang kalah) merasa merana.

Memang dan kalah adalah hal wajar yang terjadi, yang membuat berbeda adalah bagaimana menyikapi kemenangan atau kekalahan tersebut. Kalah akan mengajak Anak belajar bertanggung jawab dan mempersiapkan diri meraih kemenangan.

Kekalahan Mengajari Sikap Tanggung Jawab dan Dewasa
Saya setuju dengan ungkapan "Kekalahan dalah kemenangan yang tertunda," hal ini membuat anak bertanggung jawab dengan apa yang dilakukan. Orang yang tidak siap kalah, cenderung bertingkah kekanak-kanakan dan mencari pihak lain atau sesuatu untuk disalah-salahkan.

Kondisi ini, sebenarnya menggambarkan mental yang tidak siap kalah dan berimplikasi pada tingkat kedewasaan. Mengajarkan anak tentang sikap kalah, berarti mempersiapkan anak bermental dewasa dan siap menghadapi tantangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun