Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mumpung Masih Ada Waktu, Berbaktilah Pada Orangtua!

12 April 2019   04:39 Diperbarui: 12 April 2019   07:28 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"seorang ibu mampu merawat sepuluh anak, 

tapi sepuluh anak belum tentu mampu merawat seorang ibu."

Entah, kapan dan dimana membaca quote di atas dan siapa yang kali pertama menuliskan saya juga tidak tahu -- maaf, kalau  tidak dicantumkan nama penulisnya.Tapi kalau dipikir-pikir kalimat tersebut ada benarnya, mungkin Kompasianer pernah menemuinya di kehidupan sehari-hari bahkan ada di lingkungan sekitar.

Saya pernah mendapati, pasangan kakek nenek (sekira usia di rentang 70 -- 80 an) dengan enam anak dan sepuluh cucu. Keenam anaknya yang berkeluarga tersebar di berbagai kota, sementara ayah dan ibu tinggal di rumahnya di kampung---kasihan ya. Kalau mudik (apalagi lebaran), saya sempatkan menyapa dan mampir, ketika masuk ke dalam rumah saya merasakan betapa kesepiannya mereka (beda ya sepi dan kesepian).

Saya tidak enak bertanya atau mencari tahu lebih jauh, apa alasan anak-anaknya tidak ada yang menemani (atau misal mengajak tinggal bersama). Saya hanya bisa sebatas membatin saja, harusnya ada salah satu (entah anak atau orangtua) yang mau mengalah dan mengesampingkan ego,

Bisa saja si anak pulang dan tinggal di kampung, atau sebaliknya ayah dan ibu memilih tinggal di rumah satu diantara enam anaknya. Tapi sudahlah, saya tidak tahu pemasalahan sebenarnya. Dan tidak berhak ikut campur urusan (keluarga) orang lain apalagi menghakimi.

-------

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
"Emang cukup?"

"Ya..,dicukup-cukupin-lah"

Ada satu teman baik, sikapnya menjadi inspirasi saya, terutama tentang keteguhannya untuk merawat ibunya yang sudah sepuh. Setelah sang ayah meninggal, lelaki asal Ungaran Semarang membujuk dan mengajak ibunya, tinggal di rumahnya di daerah Tangerang.

Apakah teman ini kaya dan berlebih harta ? Kalau menilik tempat tinggal, jenis pekerjaan (kesimpulan saya) teman ini dengan sosial ekonomi kebanyakan. Sikap yang menyadarkan saya adalah, bahwa ternyata tidak harus menunggu berpunya, untuk mempersembahkan bakti pada orangtua.

Dalam kondisi apapun yang kita jalani saat ini, asal punya niat yang kuat, sebenarnya kita sangat bisa mengurus orangtua. Jadi tidak ada alasan, yang anak-anak masih kecil, yang rumah masih ngontrak, yang masih punya cicilan kredit ini dan itu, serta sederet alasan lainnya.

"Buat kebutuhan sendiri saja masih kurang", "Jangankan kasih bulanan buat ortu, SPP anak saja nunggak dua bulan", "biar saudara yang lain aja-lah, yang kirim bulanan buat ortu" 

Alasan-alasan ini (sekilas) memang masuk akal sih, tapi justru inilah yang mengendurkan niat dan semangat berbakti.  

Padahal, orangtua (apalagi kalau tinggal ibu) sebenarnya hanya butuh perhatian dari anaknya, pemberian berupa uang atau barang adalah urusan kedua. Pada usia yang sudah lanjut, orangtua tidak butuh neko-neko, asam garam kehidupan telah ditempuh banyak hal sudah dialami

Kalau dipikir, seberapa banyak coba, porsi makan orang sudah sepuh, giginya tidak lengkap lagi, tidak semua makanan bisa dikunyah. Kemudian berapa uang belanja diperlukan, kalau makan saja hanya sedikit, bergerak juga ekstra hati-hati, pasti tidak pengin jalan-jalan windows shopping.

*BalikKeCeritaTeman. -- Akhirnya sang ibu manut tinggal di rumah ragilnya (anak ke lima), bersama menantu (istri teman baik ini) dan dua cucunya di daerah penyangga ibukota.

"Emang cukup?" saya mengulang pertanyaan

"Ya.., dicukup-cukupin-lah" jawabnya sama

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Rupanya ini rahasianya, sehingga anak soleh ini bertekad menjaga sang ibu. Penghasilan sebulan sebagai pegawai kantor swasta, diatur sedemikian rupa sesuai post- post yang telah ditetapkan. Teman ini bersepakat dengan istri, harus ada post wajib setiap bulan (saya yakin semua keluarga sama), yaitu post yang tidak boleh diganggu gugat.

Seperti uang sekolah anak, uang jatah belanja bulanan buat istri, uang bayar listrik (teman ini tidak punya kredit), post yang wajib diisi setelah gajian diterima. Eit's tunggu dulu, ada satu lagi post yang membuat saya terhenyak. Adalah post wajib untuk jatah sang ibu, saya tidak tahu persis jumlahnya, tapi cara ini yang membuat teman ini tidak berat hati berbakti.

Kemudian untuk mencari tambahan income, istrinya yang ibu rumah tangga, berjualan online, aneka barang kebutuhan rumah tangga. Kalau ada acara di sekolah anak atau ada arisan ibu-ibu, si istri menjual makanan baik yang sudah jadi (bisa langsung konsumsi) atau makanan mentah.

Sang suami juga masih mencari sampingan ini dan itu, kalau sedang hari libur tidak segan membantu istri mengantar pesanan makanan dan sebagainya. Dengan susah payah dan kerja keras, semua kebutuhan keluarga bisa tercukupi dan terpenuhi, meskipun tidak berlebihan.

Menurut pengakuannya , dari awal berkeluarga teman ini tidak (terbiasa) punya hutang, dia terbiasa menabung untuk kebutuhan yang perlu uang banyak. Sebagai orang beragama saya menyakini, kecukupan dan keberkahan dirasakan teman ini, pasti ada kontribusi sang ibu.

Ibu yang dikasihi dengan tulus, ibu yang selalu (berusaha) disenangkan hatinya, yang selalu dijunjung di setiap keadaan, akan melahirkan ridho. Dalam sujud panjang sang ibu, pasti dirapalkan doa untuk semua anak-anaknya tanpa pilih kasih, apalagi pada anak yang telah memberi perhatian khusus.

Tiba-tiba, saya pengin mematahkan Quote di awal artikel ini, "Seorang ibu mampu merawat sepuluh anak, dan  satu dari sepuluh anaknya mampu merawat seorang ibu"

- Semoga bermanfaat-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun