Siapa tidak girang, masih bujang, punya karir lumayan, memiliki jaringan kerja cukup luas kenal pesohor dan petinggi. Bujangan di usia matang, punya posisi di tempat kerja, biasanya penghasilannya lebih dari cukup kalau untuk membiayai diri sendiri.
Di kantongnya tersedia duit, belum punya tanggungan (anak/ istri), sehingga kesempatan memanjakan diri lebih besar. Mau beli ini dan itu tak perlu pikir panjang, pengin makan ini dan itu kerap keturutan, berniat travelling ke sana sini tinggal bawa badan.
Bujangan dengan banyak pertemanan, memungkinkan datang dan diundang ke aneka acara dengan sajian ragam menu lezat menggoda. Bujangan dengan penghasilan lumayan, sangat mungkin melewatkan waktu nongkrong ngemil panganan anti mainstream menikmati suasana.
Namanya orang, kalau sudah penasaran dengan menu belum pernah dicicipi, cenderung abai memilih dan memilah jenis asupan. Apalagi duit ada, tinggal datang ke cafe (atau bisa pesan online) membeli sesukanya kemudian dinikmati sendiri sampai puas.
Cake berselimut cokelat moka ditimpa serutan keju, aneka camilan digoreng sedap dikunyah dengan cocolan saos atau potekan cabe rawit. Menyusul soup buah dengan syrup merah merona, atau smothies mix fruit menggugah selera, menemani santap utama ala western. Â
Kalau sekali dua kali nggak masalah, tapi kalau kebiasaan (makan dan ngemil) berlangsung lama dan berkelanjutan. Maka kemana larinya, saripati asupan yang kaya akan minyak, gula, santan, garam, setelah masuk ke dalam pencernaan kita.
Wasalam deh..
--------
"Lo gemukan ya"
"Ahh, enggak kok, bobot gue stabil (maksudnya stabil gemuk)" tepis saya
Masih saja jawaban membela diri saya lontarkan, padahal di kost-an ada cermin --- tapi cermin muka bundar kecil itu sih (hadeuh)
Saya baru merasa sebel (dan sadar kebenaran ucapan teman), kalau pakai baju longgar tetapi buncit di perut tetap saja nongol, Pinggang tidak ramah ukuran celana, pipi chubby seperti ngemut dua telur rebus, betis sebesar anaconda, lengan mirip palugada dan seterusnya.
Paling repot kalau berpose foto session, sibuk menyembunyikan perut dengan tahan nafas, repot mencari posisi agar terlihat hanya separuh badan.
Parahnya, meskipun sudah sadar diri dan mengaku kalau diri gendut, tetapi tidak serta merta memantik niat berdiet.
Sejatinya diet, (menurut saya nih) seperti peperangan melawan ego, karena hanya diri yang bisa menghentikan hal hal (konsumsi makanan) yang merugikan. Bujangan dengan penghasilan bagus, punya peluang dan networking mumpuni, ibarat punya beban lebih berat untuk memerangi egonya.
Kemudian dengan perasaan tenang, tidak merasa ada yang salah, tetap saja merasa bentuk dan berat badan stabil, ya mau gimana lagi dong.
Yuk Sudahi Gemuk
Sebenarnya sih, gemuk tidak masalah selama kita tidak mempermasalahkan dan tidak membuat masalah, tapi kalau dengan gemuk, ternyata mengundang sakit ini dan itu akhirnya masalah juga kan.
Saya sendiri gemuk sedari bujang, sampai satu saat pernah sakit dan didiagnosa dokter berpotensi terkena pelemakan hati.
Ngeri banget pastinya, membayangkan organ penting di dalam tubuh saya, tidak bebas bekerja dan tidak berfungsi optimal karena diselimuti lemak.
Kala itu, saya benar-benar menyesal dan mengutuki diri, karena sudah merawat kebiasaan buruk yang akhirnya merugikan diri sendiri.
Setelah mendengar hasil diagnosa, sontak semangat saya terlecut dan mengganda, bertekad merubah gaya hidup dan pola makan.
Terhitung sudah tiga tahun jalan (mulai 2016), naik turun berat badan saya alami, hal ini justru menjadi tantangan dan kesempatan untuk belajar konsisten.
Apalagi kalian yang masih bujangan (dan gemuk), bagaimanapun memperhatikan penampilan itu tidak bisa dipandang remeh.
Cewek atau cowok yang diincar, saya yakin akan lebih cepat memberi respon, kalau melihat penampilan kita sedap di padangan.
Diet memang berat, tetapi menanggung sakit karena kegemukan (pernah saya alami nih) jauh lebih berat dan pengobatannya MAHAL sodara sodara. So, please sudahi gemuknya
- Smoga artikel ini bermanfaat -