Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kuatkan Anak Jangan Ikut Campur Masalahnya

15 Februari 2019   07:07 Diperbarui: 15 Februari 2019   07:51 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita orangtua akan lega, mendapati anak pulang dan tetap dipercaya sebagai tempat mengadu dan meringankan beban di batinnya.

Jalan dengan onak duri ditempuh anak-anak, sejatinya jalan yang memproses mentalnya menjadi pribadi tangguh dan tidak mudah menyerah. 

Masalah demi masalah yang menghampiri, adalah cara kehidupan membentuknya mengenggam sikap arif dan bijaksana.

Ada masanya, orangtua tidak ikut campur apalagi turun tangan menyelesaikan perselisihan anak dengan teman sepantaran. Saatnya, anak-anak diberi kesempatan menyelesaikan masalah sendiri, peran orangtua adalah mensupport dengan masukan dan nasehat postif.

Kembali pada cerita pulang si kakak -- ada satu nama santri, ketika disebut (saya perhatikan) terdapat perubahan di garis wajah lelaki baru baliq ini.

Saya tetap menahan diri, tidak menghakimi teman yang dimaksud, semua anak-anak di pondok juga saya anggap anak sendiri -- saya yakin orangtua santri lain bersikap sama.

kegiatan di Pondok - koleksi pribadi
kegiatan di Pondok - koleksi pribadi
Setiap saya dan istri datang menjenguk ke Pondok, teman sekelas anak lanang, turut mendekat mencium punggung tangan kami. Saling bertukar makanan bawaan, kalau ada apa-apa (antar wali santri)  nitip ini dan itu, keakraban tercipta dengan sendirinya tanpa dibuat-buat.

"Kakak pernah lihat keris" Saat ngobrol jelang tidur saya temukan celah, berbicara tentang analogi pembuatan keris. Kebetulan waktu makan sore, kami melihat di televisi berita lelang keris dengan harga miliaran karena keris tersebut peninggalan raja.

"Sebuah keris yang sangat  indah, dulunya hanya sebatang besi biasa yang tidak terlalu berharga. Agar besi tidak berharga bisa dibentuk, harus dibakar dimasukkan ke dalam api dengan tingkat panas yang sangat tinggi. 

Lama kelamaan sebatang besi berubah lembek, kemudian ditempa dan dibentuk seperti wujud  keris. Sebilah keris biasa terbentuk, warnanya masih legam dan tidak terlalu menarik minat.

Akhirnya dibuatlah ukiran di badan keris, membutuhkan waktu tidak sebentar, butuh ketekunan dan ketelitian super detil, agar badan keris tampil dengan indah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun