Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menerapkan Teori Tebar Benih dalam Menulis

12 Januari 2019   04:03 Diperbarui: 12 Januari 2019   04:05 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrasi- dokumen pribadi

Saat masih menjadi marketing iklan, saya pernah mengenal teori tebar benih (biasa juga disebut teori tebar jala,  kedua teori esensinya sama) Inti dari teori tersebut adalah, semakin banyak benih ditebarkan, maka semakin besar peluang benih tumbuh menjadi bibit pohon.

Sebar benih atau sebar jala adalah analogi, ajakan kepada (kala itu) marketing untuk banyak-banyak menebar (baca mengirim) penawaran ke pemasang iklan (contoh saya pakai produknya media). Semakin rajin marketing mengirimkan penawaran ke calon pengiklan, maka kemungkinan mendapatkan respon dari pemasangan iklan juga semakin besar.

Sederhananya begini, marketing yang hanya memasukkan satu penawaran saja ke pengiklan, ketika satu klien tidak tertarik, maka dia tidak punya cadangan penawaran lainnya. Berbeda kalau marketing memiliki (misal) sepuluh penawaran, ketika empat ditolak, berarti dia  masih memiliki enam kemungkinan diterima dari penawaran lainnya.

Apalagi kalau marketing sangat rajin, membuat (misal) lima puluh penawaran, seandainya ada dua puluh penolakan, berarti masih ada tigapuluh kesempatan penawarannya diterima. Waktu itu saya dan teman marketing membuat target kuantitas, dalam satu hari musti mengirim penawaran dengan jumlah disepakati.

Eit's, menyebar penawaran saja belum cukup, ada kelanjutan setelah mengirim penawaran dan mendapatkan respon calon pengiklan. Tugas marketing selanjutnya, adalah meyakinkan calon pengiklan, perihal benefit yang akan didapatkan apabila jadi memasang iklan di medianya.

Pada tahapan ini, marketing dituntut menguasai pengetahuan atas produk yang sedang ditawarkan (kelebihan dan kekurangannya sekalian solusinya). Penguasaan produk sangat penting bagi marketing, karena akan menuntun persepsi calon konsumen, agar tertarik dan segera membuat kontrak kerjasama.

Setelah terjadi deal (memasang iklan), marketing dituntut untuk menjaga dan merawat klien, agar nyaman dan merasakan benefit telah dijanjikan. Dengan harapan, setelah kontrak kerjasama selesai, dilanjutkan kerjasama berikutnya dengan nilai kontrak yang lebih besar.

Demikian pula dengan benih pohon yang disebar, kalau sudah tumbuh tunasnya, menjadi bibit siap ditanam, memerlukan perawatan agar menjadi pohon yang kokoh. Kelak setelah pohon tersebut besar dan kuat, akan memberi benefit (misal buahnya) bisa dijadikan tempat berlindung dari panas dan hujan.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Menulispun juga Demikian

Seperti halnya menyebar benih dan atau mengirimkan penawaran ke calon pemasang iklan, tulisan memerlukan perlakuan serupa. Penulis yang malas, hanya punya sedikit tulisan untuk ditayangkan, sehingga punya peluang relatif kecil, agar tulisan dilihat dan sampai kepada pembacanya.

Sementara penulis produktif, lazimnya rajin menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, dan menyebarkan ke banyak orang. Semakin banyak tulisan yang dihasilkan, semakin banyak pula kemungkinan karyanya dibaca orang, kemudian peluang tulisannya disukai orang semakin terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun