Menguatkan si istri menjadi tugasnya, mendampingi dengan penuh kesabaran dan telaten. Mungkin kerap didengar istilah suami siaga, saya sangat salut dengan suami yang berperan siaga. Sikap dan peran serta suami sungguh berarti, untuk meringankan dan menyenangkan perasaan istri.
Menanti kehadiran buah hati, menjadi saat saat menegangkan dan mencemaskan. Waktu terasa lambat bergerak, duapuluh empat jam terasa tujuh hari dilalui. Begitu hari melahirkan tiba, jantung semakin bertambah deg degan tak menentu.
Kebetulan saya memilih mendampingi istri, berada diantara dokter dan perawat saat proses kelahiran dua buah hati kami, cukup susah menggambarkan perasaan disandang. Kalau anda juga mendampingi istri anda saat hendak melahirkan, dijamin bisa merasakan bagaimana suasana berada di titik yang super menegangkan ini.
Melihat istri kesakitan, ingin rasanya ikut menanggung rasa sakit disandang istri. Kalau bisa rasa tidak enak dialihkan ke badan suami, biar istri tak perlu bersusah payah sendirian. Mulai dari pembukaan satu sampai detik detik kelahiran, seperti sebuah perjalanan yang sangat melelahkan.
Maka (saya pikir) tidak berlebihan, kalau berpulangnya ibu yang dalam proses melahirkan disejajarkan dengan meninggalnya orang yang berjihad.
 Suami yang berada disamping perjuangan berat istrinya, sangat mustahil masih tega berbuat KDRT pada pasangan dan buah hatinya. Selain semakin sayang dengan belahan jiwa, tentu semakin sayang dengan ibu kandung yang dulu melahirkannya ke dunia.