Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sayangi Istri dengan Mendampingi Saat Melahirkan

27 Juli 2017   04:33 Diperbarui: 27 Juli 2017   05:04 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses melahirkan itu luar biasa- dokumentasi pribadi

 "Sebaik- baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku"

Sekedar berbagi pengalaman nih, ada lho cara manjur untuk membuat diri jatuh cinta lebih mendalam pada pasangan.

Saat masih menjadi penganten baru, waktu bisa dimanfaatkan untuk mengenal lebih dalam satu sama lain. Pada masa masa indah bulan madu, biasanya sifat memaafkan pasangan lebih dominan dibanding sikap kasar. Menumbuhkan sikap saling membutuhkan, saling membahu dalam menghadapi permasalahan.

Setiap pasangan baru menikah, pasti sangat mengharapkan kehadiran buah hati. Konon dengan memiliki buah hati, ikatan batin antara suami istri semakin erat. Dalam tubuh anak, mengalir deras darah dan daging pasangan suami istri. 

(Mungkin ada pasangan belum dikarunia buah hati, semoga selalu terus berusaha, tidak patah semangat dan ikhlas-- kita saling mendoa ya ayah bunda).

Periksa Kehamilan- dokumentasi pribadi
Periksa Kehamilan- dokumentasi pribadi
Ketika Tuhan berkehendak dengan kehadiran janin di rahim istri, kondisi ini sangat strategis untuk suami menanamkan rasa sayang lebih dalam. Bagaimana ayah tidak sayang, calon bayi di rahim istri adalah darah daging si suami.

Sembilan bulan masa kehamilan, adalah periode sekaligus perjuangan berat bagi seorang calon ibu. Mulai ada kegiatan yang tidak boleh dikerjakan calon ibu, seperti mengangkat beban terlalu berat, pantangan konsumsi beberapa jenis makanan, yang jelas gerak sang ibu mulai terbatas.

Pada fase ini peran ayah mulai diperlukan, dengan mengambil alih tugas yang sementara tidak dilakukan istri.

Memasuki masa kehamilan delapan atau sembilan bulan, beban dan pengorbanan ibu bertambah berat. Perut menjadi lebih besar seperti hendak jatuh ke depan, jalan semakin susah apalagi saat tidur. Semua posisi tidur serba salah, mau miring ke kanan atau ke kiri gak enak, mau telentang lambung tertekan.

Luar biasa, makhluk bernama perempuan diciptakan begitu luar biasa. Sanggup menjalani tahap perjuangan dalam kehamilan, untuk bertransformasi menjadi ibu bagi anak anaknya.

Bagaimana Suami ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun