Mohon tunggu...
Agung Firdausy IA
Agung Firdausy IA Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pemulung Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tinjauan Filosofis: Gosip Sebagai Sebuah Keniscayaan

4 Desember 2014   23:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:02 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jika dalam pemaknaan kita saat ini, biasa didefinisikan gosip adalah desas-desus yang belum tentu kebenarannya tetapi sudah go public dan cenderung kearah negatif.

Sejenak kita melihat proses diturunkannya adam dari surga ke bumi, larangan dari tuhan untuk tidak
Mendekati pohon buah khuldi, bisa tidak diindahkan oleh adam dengan segala sifat kenabiannya, mungkin ada yang beranggapan ini adalah faktor provokasi dari iblis, tetapi lebih dari itu
Rasa ingin tahu (kuriositas) adalah hal yang melekat secara intern dalam manusia untuk dia berkembang dan menjawab segala pertanyaan dan keinginan.

akan menimbulkan kekecewaan atau ketidakpuasan (discontents) jika rasa ingin tahu sebagai sifat dasar manusia ini tidak dipenuhi.

Dengan inilah manusia mengumpulkan informasi-informasi untuk meraih tujuan tertentu, sebenarnya ketika kita memakai metodologi ilmiah, kesimpulan ataupun hal-hal yang disampaikan dalam gosip kebanyakan tidak melewati proses observasi yang obyektif dan lebih cepat dalam menyampaikan konklusi. semisal ketika kasus video parno vokalis band ternama dan beberapa lawan tandingnya, masyarakat umum yang menjadikan televisi sebagai referensi utama untuk mengambil informasi cenderung akan membenarkan hal tersebut, media waktu itu memang diuntungkan dengan adanya bukti empirik tentang video itu, artinya kebenaran gosip bisa diterima jika dengan observasi dan konklusinya didasarkan pada bukti empiris, jika seperti ini gosip bisa kita posisikan sebagai hipotesa awal.

Berbeda ketika kita tinjau kasus yusuf dan zulaikha, mereka hidup di zaman pra-teknologi dimana yang bahkan kehidupan mewah di kerajaan megah tidak bisa di pantau langsung oleh Kamera apapun, berduanya yusuf dalam kamar dengan zulaikha selaku pendamping raja, jelas sangat rawan pemberitaan negatif, ketika kasus itu terjadi yusuf dituduh akan melakukan ha-hal yang berbau pemaksaan birahi, meskipun sempat di dakwa bersalah , tetapi analisa waktu itu terkait baju siapa yang sobek, baju yusuf bagian belakanglah yang sobek, dan di asumsikan akibat tarikan dari zulaikha, ini pernyataan yang masuk akal, sedikit yang saya garis bawahi adalah pengunaan potensi akal untuk menganalisa, dan observasi sebagai metodologi harus digunakan untuk memfilter informasi apapun. Menurut saya jika dalam agama dikatakan gosip atau ghibah itu hukumnya dosa(kesalahan) , maka letak kesalahan yang mendasar adalah ketika manusia tidak menggunakan potensi akalnya untuk menerima dan membandingkan segala sesuatu tentang kebenaran informasi, Lantas apa bedanya manusia dengan mahluk lain ketika fungsi akalnya di non aktifkan??.

Maka tidak asing ketika kita melihat banyak terjadi fitnah (berita yang tidak sesuai dengan kebenaran) dan berujung pada konflik perpecahan.

Menurut sigmund freud dalam diri manusia ada dua insting yang saling bertolak belakang, eros dan tanatos.
Eros adalah insting manusia untuk berbuat baik, seperti mengasihi , toleransi,dan sifat-sifat konstruktif lainnya.
Sementara tanatos adalah kecenderungan manusia berbuat jahat, seperti memukul, perang,marah,menyakiti ,iri ,dan sifat-sifat destruktif lainnya hal ini dapat dibuktikan ketika manusia melihat kegiatan yang berbau kekerasan seperti film-film action dan olahraga memukul lainnya,sangat diminati manusia dan cenderung senang juga dengan kekerasan yang terjadi.
Artinya dalam diri manusia ada dua kubu insting yang melekat dan tidak dapat diingkari, dalam hal ini jika gosip ditimbulkan dari perasaan dengki dengan seseorang bisa jadi tanatos lah yang lebih mengambil peran pada manusia tersebut.

Disini peran sentral akal diuji, tanatos mungkin tidak bisa diingkari tetapi bagaimana cara mengemas dan mengarahkannya adalah tugas manusia, bila diarahkan dengan benar,gosip bisa dijadikan pemicu awal manusia untuk melakukan penelitian dan verifikasi terhadap perilaku individu bahkan masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun