Mohon tunggu...
Agung Widiatmoko
Agung Widiatmoko Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Biasa

Menulislah selama bisa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ini Negara Demokrasi atau Sabung Ayam?

16 September 2018   02:09 Diperbarui: 16 September 2018   02:16 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mahasiswa sebagai motor perubahan arah bangsa itu tercermin ketika aksi di era 1966 dan di era 1998 dimana mereka berhasil menumbangkan Rezim orde baru, meski bagi saya itu adalah demokrasi yang kebablasan dan demokrasi yang terlepas dari mulut Macan tetapi akhirnya terjerembab di mulut buaya yang begitu buas, bukan karena gagalnya demokrasi melainkan karena kurangnya kontrol dan pengawalan dari para inisiator pergerakan.

Hari hari dan tahun berganti setelah 1998 suara suara yang lama bungkam mulai nyaring didengar sehingga membuat gaduh dan bising, tidak semerdu alunan teriakn azan atau takbir di tahun 1998 yang mampu menggerakan jutaan manusia, suara itu terhempas begitu saja keluar tanpa makna yang hanya berselimutkan dusta dan kepentingan, sehingga mudah ditunggangi oleh kepentingan dan dipatahkan dikoyak koyak dan dikotak kotakan oleh para Pilot dan sutradara yang hendak menancapkan dan menyiapkan para aktor untuk berperan memainkan drama dalam skenario yang telah lama di tuliskanya.

Hari ini terbukti kata kata tetap nyaring dan tetap bisa didengar tetapi tak mampu lagi mencapai klimaks dan mempersatukan sebab semuanya telah dikotak kotakan oleh citra dan pencitraan, oleh tokoh yang fi idolakan bahkan tak hanya itu mereka seolah Dinabikan, rakyat diadu dengan Rakyat, mahasiswa diadu dengan mahasiswa ormas diadu dengan ormS dan anehnya kita menikmati dan tak sadarkan diri kita menikmati begitu saja penghancuran Negeri yang terus menerus mereka cipta dan kondisikan, kita masih sibuk saling mengidolakan, tanpa pernah berfikir akan kemana bangsa ini mengarah dan pada apa bangsa ini akan di arahkan,  para elitenya sibuk mencari dan mengenyangkan perutnya, ada yang berteriak tentang Nasionalisasi tapi diam diam bermain spekulasi dengan dasi di balik meja kursi tempatnya duduk bernegosiasi.

Semuanya tak sadar ketika media terdiam tak memuat apa yang disuarakan, mereka tersihir oleh kedunguan yang telah dikabarkan lewat cermin cermin citra kebaikan yang sengaja di tancapkan guna memasung kecerdasan, yang muda merasa nyaman dan mencari posisi aman. Saat orang teriak kemanusiaan yang dinilai dimaya sebagian adalah bahwa karena  ada kepentingan ingin menjatuhkan roda kekuasaan.

Puncak yang ada sekarang bukanlahencari benar salah melainkan hanya sebatas menang kalah. Mirip adu jangkrik siapa yang di kilik merasa terkritik dan mengerik  lalu dengan ganas ia menggunakan sutangnya menggigit musuhnya. Kita sedang digiring pada suatu keadaan agarbkita terpecah entah oleh siapa, semua media hanya menampilkan citra capres cawapres  A dan B sedang  Rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas negara tak diberikan kesempatan memilih siapa pemimpinya, kita dipilihkan melalui parya partai politik yang semuanya tak kita kehendaki dan mengandung banyak intrik kepalsuan dan pembodohan, 250 juta rakyat Indonesia kenapa hanya Dua yang disodorkan menjadi calon pemimpinnnegeri? Ini demokrasi macam apa dan bagaimana? Kita ditipu oleh regulasi yang semuanya hanya berakhir dengan kata  Langsung Umum Bebas Dan Rahasia, sedangkan kebebasan tak pernah kita dapatkan, dan Media saja dibungkam tanpa pernah menyuarakan kebebasan dan  suara kemanusiaan serta suara kebenaran, yang media tampilkan hanya suara pencitraan dan suara saling mengalahkan, saling menjatuhkan, kalo boleh bertanya Ini sebenarnya Demokrasi Atau arena Sabung Ayam?

Agung widiatmoko

Jakarta 16 september 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun