Mohon tunggu...
Agoes Permana
Agoes Permana Mohon Tunggu... lainnya -

Penikmat Sajak dan Coffee. Bukan siapa-siapa !!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[FanFiction] Memorabilia: Puisi dari Marshanda

15 April 2013   17:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:09 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

No antrian 43 : Agoes permana

***

Aku bersumpah atas nama puisi
Selamanya aku-kamu adalah diksi

Bila aku berlayar kelain hati
aku rela menjadi kunti; dikutuk dewa-dewi

**

Sepuluh tahun silam, puisi singkat yang kau tulis untukku itu, masih tersimpan rapi di kepalaku hingga kini. ketika membacanya, aku selalu membayangkan berada di kampus kesayangan kita dahulu, kita pernah merusak keharmonisan langit dan hujan, juga pernah membuat kuncup-kuncup bunga enggan bermekaran, sebab warna pelangi yang dimiliki langit dan hujan serta keindahan bungga pernah kita pinjam untuk kita jadikan sebagai hiasan asmara kita. ingatkah dengan puisi itu, marshanda?

Pasca wisuda, tuntutan hidup dengan sangat kurang ajar telah memisahkan raga kita dengan jarak yang ber mil-mil dan berkilo-kilo. Aku harus pergi ke negeri sakura, sedang engkau memutuskan untuk tetap tinggal di kota jakarta. Sejak itulah kita mulai saling menyapa dan menerawang wajah hanya dengan aksara-aksara. Sesekali kau pernah mewartakan bahwa kau telah menjadi artis ternama ibu kota, dan aku sangat senang mendengarnya.

Beberapa tahun kemudian, kita semakin jarang bercakap-cakap, hubungan kita mulai renggang, kau semakin tenggelam dan larut dalam kesibukan, kau mulai menghamba pada judul-judul film dan sinetron, hingga tak lagi kau sisihkan sedikit waktu untuk asmara kita yang hampir meranggas dilayukan oleh popularitas.

Kini, aku tak percaya lagi dengan namannya puisi, dan aku benci membaca puisi tentang cinta, sebab setelah tersiar kabar pernikahanmu dengan Ben kasyafani di telingaku, mendadak meremukan fosil-fosil kenangan di ingatanku, seakan dia adalah baling-baling helikopter yang merusak ketenangan alur lautan cintaku, dan hatiku lebam membiru dihardik khianatmu. Lalu entah, tanpa alasan hatimu pun rebah, pasrah dalam genggaman cintanya.

by: Lelaki hidung belang dari goa hantu.

***.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun