Mohon tunggu...
Agnia Nuraini
Agnia Nuraini Mohon Tunggu... Dokter - Sebagai bahan inspirasi

Jadilah orang yang pandai bersyukur:)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Keajaiban Sebuah Doa

1 Februari 2020   18:23 Diperbarui: 1 Februari 2020   18:28 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Naira azira. Itu adalah namaku yang mungkin tidak semua orang mengenalku. Aku terlahir dari keluarga yang biasa saja. Memang aku hanya manusia biasa yang tidak memiliki banyak harta seperti teman teman ku yang lain. Namun, aku tidak merasa menyesal setelah ayah dan ibuku melahirkan ku ke dunia ini.

Bahkan aku sangat bersyukur mendapat kedua orang tua yang sangat sayang kepadaku dan sangat sabar membimbingku untuk menjadi lebih baik. Walau terkadang semenjak aku berada di bangku SMA ini aku jarang sekali berkomunikasi dengan orang tua ku, karena keseharian ku yang selalu berada disekolah hingga sore hari. Namun terkadang aku selalu berusaha untuk bisa menjalin komunikasi dengan orang tua ku kembali dikala hari libur.

kini aku sudah berumur 17 tahun dimana diumur ini aku banyak sekali merasakan kepahitan yang terkadang membuatku menjadi tidak semangat. Karena saat itu ayahku tengah mengalami sakit yang sangat parah. Sakit yang entah kenapa sulit sekali untuk pergi dari tubuh ayahku. Namun ayahku tidak pernah mengeluh pada keadaannya sekarang, dia selalu menyembunyikan kesakitan nya dariku agar aku tidak khawatir padanya. Namun aku tau semua yang ayah rasakan itu, tapi ayahku selalu berusaha membuatku tersenyum walaupun keadaanya sangat rapuh.

Saat itu aku tengah pulang sekolah. Dan melihat rumah ku tampak kosong sekali, tak ada seorang pun dirumah. Aku pun menanyakan nya pada bibiku.

"bi, pada kemana ayah dan ibu?" kataku.

 " kerumah sakit nak, ayahmu sakitnya semakin parah" kata bibi.

Dengan perasaan cemas, akupun segera menelpon kakak ku dan langsung pergi kerumah sakit untuk melihat keadaan ayahku. Sedih sekali rasanya setelah aku mendengar semua itu. Setiap hari aku mendo'akannya untuk kesembuhannya.

"Ya Allah, aku ingin ayahku sembuh kembali. Agar bisa kumpul seperti dulu lagi, aku rindu dengan canda tawanya" kataku dalam batin.

Setelah beberapa bulan ayahku dirumah sakit, ayahku koma tak sadarkan diri. Aku tak kuat menahan nangis yang melihat keadaan ayahku yang terus berbaring tak sadarkan. Setiap hari aku berdo'a untuk kesembuhan ayahku, namun takdir berkata lain. Hari itu tak henti-hentinya aku menangis, seperti mimpi namun kejadian ini nyata dan rasanya pun berat sekali setelah tak ada seseorang yang selalu membuatku tersenyum. Namun aku berfikir, mungkin Allah SWT memiliki rencana yang terbaik untuk ku setelah kepergian ayahku.

3 hari sudah ayah meninggalkan ku. Entah apa yang ada dipikiran ku saat itu tiba-tiba dari kejadian tersebut aku mulai tersadar, mungkin Allah mengambil ayahku karena Allah sayang pada ayahku dan juga mungkin Allah memberiku ujian ini padaku agar aku bisa menjadi lebih dewasa dan mandiri untuk menghadapi masa depan yang lebih baik. Dengan begitu aku pun mulai bisa untuk mengikhlaskan semuanya.

Hari, bulan, dan tahun pun berganti. Kini aku sudah dibangku kelas 3 SMA. Hari- hari mulai kujalani seperti biasanya. Setiap pagi aku berangkat sekolah menggunakan kendaraan umum. Ya meskipun jarak dari rumah kesekolah ku lumayan jauh, namun aku selalu bersemangat untuk menimba ilmu di sekolahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun