Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rahim Istriku Ruang Kelas Pertama bagi Anakku

5 Desember 2020   06:37 Diperbarui: 5 Desember 2020   06:46 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bayi dalam kandungan ibu | Sumber gambar : www.klikdokter.com

"Ibu adalah sekolah pertama (bagi anak-anaknya). Bila engkau mempersiapkannya (dengan baik), maka sama halnya dengan engkau mempersiapkan generasi bangsa yang terbaik."

Malam itu, sekitar 3 tahun 2 bulan yang lalu, istri saya ditengah usia kehamilan yang sudah menginjak 7 bulan duduk berselonjoran kaki sembari mengelus-elus perutnya yang sudah membesar. Ia duduk di dekat jembatan penyeberangan orang di pinggir jalan raya selepas turun dari angkutan umum yang mengantarnya pulang dari tempat kerja. 

Meskipun sedang hamil besar ia tidak lantas mengabaikan pekerjaannya begitu saja dan  bersikukuh tetap masuk kerja biarpun harus menempuh perjalanan cukup jauh. Saat menjemputnya malam itu didalam hati saya ada rasa kasihan melihat istri yang sedang hamil besar masih harus bekerja dan pulang hingga larut malam. 

Akan tetapi ketika diminta untuk beristirahat saja di rumah istri saya justru menolak. Ia merasa kurang nyaman jikalau harus berdiam diri di rumah sementara sedari dulu ia sudah terbiasa mengisi hari dengan bekerja dan bekerja. Sebuah tipikal khas ibu milenial yang senantiasa aktif dan produktif serta tidak terpaku pada urusan rumah tangga saja.

Kehamilannya yang semakin membesar dari waktu ke waktu disatu sisi membuat saya sebagai suaminya khawatir terhadap kondisi istri saya dan juga bayi yang ada di dalam kandungannya. Tapi disisi lain ada kebanggaan besar tatkala istri saya begitu kuat menjalani hari-hari penuh kesibukan sembari tetap melindungi kondisi si kecil yang terus bertumbuh itu. 

Istri saya termasuk pribadi yang aktif mencari informasi perihal kondisi kandungannya serta mengupayakan hal apa sekiranya untuk memastikan jabang bayi baik-baik saja. Terkait pemeriksaan kandungan misalnya, bisa dikatakan istri saya jauh lebih tanggap dan responsif untuk datang ke dokter kandungan guna memeriksa kondisi perkembangan anak kami.

Mungkin terkadang ia merasakan nyeri pada perutnya saat sudah terlalu capek bekerja. Apabila saat itu terjadi maka beristirahat adalah hal yang wajib baginya. Merebahkan diri atau merilekskan tubuh merupakan salah satu cara untuk memulihkan kondisi sehingga mengurangi rasa nyeri yang dirasakan. 

Ketika kondisi tubuhnya sudah baikan sepertinya saat itu menjadi sebuah momen keseruan tersendiri bagi istri saya dan juga bayi didalam kandungannya. Misalnya ketika berangkat kerja mengendarai angkutan umum yang berjalan bak roller coaster hal itu justru menjadi momen berbagi keseruan antara ibu dan anak. 

Berulang kali istri saya mengajak bayi dalam kandungannya berbicara ditengah momen "seru" itu. Sepertinya istri saya memahami bahwa saat-saat didalam kandungan itulah periode penting yang tidak boleh diabaikan dalam tahapan awal mendidik seorang anak. Rahim seorang ibu merupakan ruang kelas pertama bagi anak manusia yang bersemayam didalamnya. Setiap orang akan mengalami tahapan awal persiapan menuju kehidupan yang sesungguhnya di dalam rahim ibunya masing-masing.

Rahim Ibu adalah Ruang Kelas Pertama

Rahim ibu merupakan tempat "calon" manusia mengalami proses tumbuh kembang pertamanya. Sejak pertama kali berwujud dari hasil pembuahan sel kedua orang tuanya, ia kemudian bertumbuh menjadi zigot, berkembang menjadi embrio, janin, hingga akhirnya menjadi bayi yang siap dilahirkan ke dunia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun