Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi 4 "Fase" Hajatan dalam Adat Jawa

25 Agustus 2020   13:44 Diperbarui: 25 Agustus 2020   13:43 1823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi warga sedang mengaduk jenang | Sumber gambar : jatimtimes.com / BatuTIMES

Perlu berjam-jam untuk menuntaskan proses pembuatan jenang ini. Umumnya ada wajan berukuran besar dengan jumlah mencapai 5 sampai 10 buah tergantung berapa banyak porsi jenang yang akan dimasak. 

Pada satu wajan bisa 2 sampai 3 orang yang turut mengadut adonan jenang. Semakin lama adonan yang awalnya hanya santan kelapa bercampur dengan beberapa barang lain akan semakin mengeras dan makin berat untuk diaduk. Mereka yang mengaduk pun harus bergantian melakukan hal ini agar tidak terkuras tenaganya. 

Pelan tapi pasti, disertai kesabaran dan kucuran keringat akibat lelah dan panas bara api maka jenang pun selesai dibuat. Dalam kondisi masih hangat rasa jenang akan jauh lebih nikmat dibandingkan saat sudah dingin. 

Jenang yang sudah matang kemudian akan dituangkan diatas lembaran-lembaran daun pisang dan dibiarkan mendingin. Sebagian dibungkus untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang yang turut membantu proses pembuatan jenang tersebut. 

Jenang yang sudah dingin diatas lembaran daun-daun pisang pisang itu kemudian akan dipotong kecil-kecil untuk nantinya disajikan kepada tamu-tamu yang datang menghadiri hajatan.

Selepas melalui periode marut kelopo dan njenang maka prosesi acara hajatan pun berlanjut ke "fase" selanjutnya yaitu manggulan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan saat manggulan ialah kegiatan "finalisasi", geladi bersih, dan juga acara menyebarluaskan undangan kepada kerbat dekat maupun jauh yang diharapkan kehadirannya nanti pada hari-H acara. 

Dalam tradisi Jawa undangan umumnya tidak diberikan sebatas lembaran kertas, melainkan serenteng atau seporsi besar makanan lengkap dengan sayur dan lauknya. 

Bisa daging sapi, ayam, kambing, ataupun telur ayam. Tergantung kemampuan masing-masing orang yang mengadakan hajatan. Porsi itu akan dikirimkan oleh orang-orang yang turut membantu persiapan hajatan sejak hari pertama hal itu dilakukan. Mereka akan berkeliling menuju rumah-rumah kerabat yang diundang untuk hadir dalam acara. 

Biasanya pada fase manggulan ini ada kegiatan doa bersama dengan beberapa tamu undangan untuk turut mendoakan kelancaran acara tersebut sekaligus memberikan doa restu kepada mempelai yang menikah, atau mendoakan anak yang tengah dikhitan. Pada hari ini semua akan ditinjau ulang untuk memastikan acara besok bisa berjalan dengan lancar.

Pada hari keempat atau hari-H acara yang lebih dikenal dengan istilah denge maka pada saat itulah puncak dari proses acara hajatan yang selama beberapa hari terakhir disiapkan. 

Apabila hajatan itu merupakan acara pernikahan maka biasanya akan ada prosesi adat pernikahan antar kedua mempelai. Iring-iringan pengantin juga biasanya dilakukan pada hari H acara ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun