Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pareidolia (Lagi) pada Logo HUT RI ke-75

12 Agustus 2020   07:34 Diperbarui: 12 Agustus 2020   07:40 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain spanduk HUT RI ke-75 | Sumber gambar : detik.com

Desain grafis perihal peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia kembali menuai polemik. Apabila tahun lalu ramai dibicarakan perihal logo HUT RI ke-74 yang dinilai sebagian kalangan mirip dengan simbol palu arit yang identik dengan PKI, maka kali ini spanduk HUT RI ke-75 juga mengalami nasib serupa. 

Sebuah ormas Islam di Solo menganggap spanduk tersebut mirip simbol salib. Padahal desain spanduk yang sudah ramai dipasang di berbagai sudut wilayah itu merupakan desain resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Dan melalui salah satu juru bicaranya, pemerintah menegaskan bahwa desain tersebut bukanlah simbol salib.

Sangkaan yang dialamatkan beberapa pihak termasuk ormas di Solo itu mungkin menambah daftar terjadinya fenomena Pareidolia terhadap sesuatu hal. Dalam hal ini desain grafis spanduk HUT RI diasosikan dengan hal-hal tertentu yang pernah terekam kedalam otak manusia.

Pareidolia sendiri merupakan fenomena psikologis yang menjadikan seseorang melihat pola-pola tertentu atau gambaran dan ekspresi beragam objek secara acak. Untuk satu hal yang sama, orang-orang yang berbeda bisa jadi menangkap penggambaran yang berbeda pula. Tergantung dengan gambaran apa yang ingin mereka tangkap.

Penilaian tentang adanya simbol salib pada spanduk HUT RI tersebut sebenarnya juga menjelaskan sebuah kajian tentang fenomena pareidolia ini yaitu keterkaitan dengan religiusitas. 

Sebuah studi di Finlandia menemukan informasi bahwa orang-orang yang religius cenderung mengalami fenomena ini. Hal ini terbukti dengan sikap yang ditunjukkan oleh salah satu ormas di Solo tersebut. 

Pareidolia secama umum merupakan sesuatu yang sangat wajar terjadi. Bahkan kita semua punya potensi untuk mengalami situasi serupa. Secara garis besar, pareidolia sebenarnya dipengaruhi oleh tingkat perhatian dan wawasan kita terhadap sesuatu. 

Seiring masih terjadinya gesekan di masyarakat tentang kerukunan beragama serta anggapan adanya pendiskreditan terhadap Islam, maka beberapa kalangan tertentu merasa adanya perlakuan tidak adil dan lebih memihak dari para penguasa. 

Seandainya saat ini kita sedang bersitegang dengan Jepang barangkali melalui desain grafis tersebut kita akan menemukan gambaran juga tentang bendera negara Jepang (Bisa kalian temukan simbol ini?). 

Pareidolia yang terjadi terutama terhadap "produk" rilisan pemerintah sepertinya bisa menjadi pertanda bahwa ada rasa kurang percaya terhadap cara kerja pemerintah. Ketika isu tentang PKI begitu memanas tahun lalu, hingga diputarnya kembali film G30S PKI, tak ayal logo HUT Kemerdekaan RI ke-75 dianggap memiliki kemiripan dengan palu arit. Padahal desainnya terlihat sangat jauh berbeda.

Salah satu sisi otak kita akan terus mengolah informasi yang masuk dan mengupayakan "cocoklogi" terhadap hal-hal yang menurutnya "kurang beres". Latar belakang seseorang, paradigma didalam diri, serta serbuan arus informasi yang membombardir dirinya dari waktu ke waktu akan cukup berimbas pada penilaian dirinya terhadap sesuatu sampai-sampai fenomena pareidolia ini terjadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun