Terkadang jengkel sekali rasanya melihat para politisi yang dulu seperti terlihat manis kala berada diluar kekuasaan kini justru bersikap masa bodoh. Rakyat diingat hanya kala mereka dibutuhkan suaranya, sebaliknya akan dilupakan kala masa-masa seperti itu sudah terlewat.Â
Sepertinya Pilkada yang pada akhir tahun 2020 ini digelar kembali akan mempertunjukkan fenomena itu. Dan mungkin kita akan kembali melihat "tangisan" dan sikap kritis para politisi saat berada diluar pemerintah terhadap pemerintah yang berkuasa.Â
Hanya saja semoga hal itu tidak sampai lagi bersikap seolah-olah merasakan penderitaan rakyat tapi lantas setelah mendapatkan jabatan kekuasaan seperti hilang ditelan bumi. Bukan begitu sikap seorang politisi sejati.
Ibas tentu berhak mengkritik. Mungkin dirinya kurang relevan membandingkan langsung prestasi ekonomi ayahandanya dengan pemerintahan berkuasa saat ini. Tapi minimal kritikannya itu tidak dibarengi dengan uraian air mata sebagai upaya mendramatisir kepedulian terhadap nasib rakyat.Â
Justru kini mereka yang dulu begitu getol melontarkan kritik ke pemerintahan SBY kala masih menjadi oposisi yang harus berkaca pada diri sendiri. Lihat sudah sebaik apa kinerjanya. Tentu dengan parameter yang objektif dan fair. Bukan ukuran-ukuran semu penuh kamuflase yang seolah-olah ingin menunjukkan kondisi baik padahal sebenarnya bobrok.
 Sepandai apapun bangkai disimpan, baunya akan tercium juga. Kinerja yang buruk meskipun dikemas rapi dalam penyampaiannya sehingga terlihat baik pada akhirnya akan terbongkar juga. Tinggal menunggu waktu saja.Â
Sebaiknya pemerintah jangan anti kritik, buka mata dan telinga untuk menerima masukan dari luar terkait ide-ide memperbaiki kondisi bangsa. Tapi apakah mereka berkenan menyingkirkan gengsinya itu?
 Â
Salam hangat,
Agil S Habib
Refferensi :