Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ilusi Reshuffle dan Esensi Kinerja Jokowi

6 Juli 2020   15:10 Diperbarui: 6 Juli 2020   15:20 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi | Sumber gambar : www.cnnindonesia.com

Akhir-akhir ini ramai dibicarakan perihal isu reshuffle yang kemungkinan akan dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pasca pidato marah-marahnya beliau kepada tim Kabinet Indonesia Maju (KIM) beberapa waktu lalu. Isu itu menggelinding liar ke segala arah hingga menyebut pos-pos menteri apa saja yang bakalan diganti dan oleh siapa-siapa saja. Bahkan beberapa kalangan disebut-sebut menantikan hal ini seiring potensi dampaknya terhadap perbaikan kondisi bangsa yang tengah carut marut oleh pandemi COVID-19 beberapa bulan terkahir. Reshuffle digadang-gadang bisa memperbaiki situasi yang serba tidak menentu ini dan oleh karenanya waktu terkait kapan hal itu akan dilaksanakan masih terus dinanti-nantikan oleh publik.

Namun, sebuah pemberitaan terbaru menyebutkan bahwa reshuffle kemungkinan besar tidak akan dilakukan oleh Presiden Jokowi. Hal ini terwakili oleh pernyataan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) yang menilai bahwa kinerja tim kabinet sudah menunjukkan progres perbaikan yang cukup signifikan pasca pidato kemarahan presiden beberapa waktu lalu itu. Sehingga reshuffle dipandang tidak relevan lagi mengingat kinerja para "pembantu" presiden sudah membaik. 

Bisa dibilang luar biasa, dalam waktu beberapa hari saja semuanya sudah berubah 180 derajat. Atau justru sebaliknya hal-hal semacam ini memang sudah sangat biasa terjadi. Konsisten untuk tidak konsisten. Buat apa isu reshuffle itu dilempar ke hadapan publik jikalau pada akhirnya tidak ditindaklanjuti sebagai langkah nyata. 

Layaknya sebuah drama yang menarik untuk diikuti, sebatas itulah narasi reshuffle diapungkan ke hadapan publik. Karena pada dasarnya reshuffle kali ini hanyalah sebuah ilusi belaka. Nonsense. Mereka yang berharap bisa masuk ke pemerintahan melalui pintu reshuffle untuk sementara harus gigit jari.

Atau barangkali kita saja yang terlalu berekspektasi tinggi kepada bapak presiden. Karena bagaimanapun juga beliau hanya mengatakan "Kepikiran untuk Melakukan Reshuffle". Intinya reshuffle masih sebatas terfikir, belum terencanakan. Dikabarkan lalu dikaburkan. Kita sekali lagi telah mengabaikan esensi. 

Esensi dari pidato presiden adalah teguran keras, memberi cambuk motivasi tim kabinet agar memperbaiki kinerjanya, serta mungkin memainkan emosi publik dengan rencana kebijakan yang tidak direncanakan. Reshuffle adalah permainan penuh fatamorgana. Seolah-olah hendak diadakan tapi akhirnya tidak ada samasekali. 

Dalam situasi seperti sekarang, hal itu mungkin bisa dibilang Pemberi Harapan Palsu (PHP). Terkecuali pernyataan Mensesneg yang menyebut bahwa ada progres signifikan itu bisa ditunjukkan secara nyata. Seperti apa progresnya? 

Rupiah yang terus melemah selama beberapa hari terakhir? Atau "pujian" dari Bank Dunia yang menyebut Indonesia sebagai negara berpenghasilan upper middle income country (negara berpenghasilan menengah keatas)? Apabila menukil pernyataan mensesneg, progres perbaikan kinerja itu didasarkan pada serapan anggaran yang mulai meningkat dan program-program pemerintah yang mulai berjalan. Namun benarkah demikian yang terjadi di lapangan?

Publik sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan siapa saja menteri yang duduk di pemerintahan. Karena yang terpenting adalah hasil kerja. Percuma juga apabila dilakukan reshuffle namun tidak bisa memberikan hasil nyata. Fokus kita jangan terpalingkan oleh reshuffle, mengingat penanggung jawab utama terkait pengelolaan negeri ini adalah presiden. 

Reshuffle atau tidak itu urusan presiden. Urusan kita adalah bagaimana pemerintah mampu menjamin kesejahteraan rakyatnya. Memainkan isu reshuffle sebagai bagian dari upaya mengelak atas ketidakmampuan mengelola negara tentu bukanlah sikap seorang negarawan. Jadi, mau  melakukan apa Presiden Jokowi adalah terserah. 

Mau reshuffle terserah, mau tidak reshuffle juga terserah. Selama itu baik bagi negara ini maka sah sah saja. Yang rakyat tunggu adalah bagaimana presiden beserta jajarannya bisa memperbaiki situasi yang sudah amburadul ini.  #JokowiTerserah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun