Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Duplikasi Logika, Transformasi dari Otomasi ke AI

6 September 2019   09:02 Diperbarui: 6 September 2019   09:50 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peradaban Logika -- Peradaban Digital | Ilustrasi gambar: digitalready.co

Kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan miliuner cerdas Elon Musk, seorang pebisnis sukses bidang teknologi. Sosok yang disebut-sebut sebagai Tony Stark-nya dunia nyata ini adalah satu dari sekian orang yang gencar menggaungkan AI sebagai bagian dari dunia masa kini. Perusahaannya, Tesla Motor, memproduksi mobil listrik yang dilengkapi dengan sistem kecerdasan buatan sehingga memungkinkan mobil tersebut melaju di jalanan tanpa adanya pengemudi sekalipun. 

Sistem cerdas yang tertanam didalam mobil menjadikan mobil memiliki otaknya sendiri, memiliki pengemudinya sendiri. Sungguh luar biasa. Kehadiran AI pada dasarnya memang diharapkan mempermudah aktivitas kita, sekaligus mengefisienkan rutinitas sehari-hari kita. 

Memiliki mobil yang bisa melaju sendiri tanpa sopir membuat kita tidak perlu repot-repot menyewa driver atau menyupir sendiri. Cukup masuk ke dalam mobil, dan duduk dengan nyaman sembari menunggu sampai ke tempat tujuan.

AI telah sedemikian luas menjangkau aktivitas-aktivitas kita. Dengan semakin populernya penggunaan media sosial, AI pun seperti tidak mau ketinggalan untuk turut ambil bagian didalamnya. 

Jika kita pernah menonton film "Iron Man", maka disana ada sosok sistem cerdas bernama "Jarvis". Asisten dari Tony Stark sang Iron Man. Jarvis adalah potret atau gambaran dari sebuah kecerdasan buatan yang bekerja sebagai asisten manusia. Ia tidak sebatas berlogika, tapi juga melakukan analisa dan berfikir sebagaimana manusia pada umumnya. 

Hal inilah yang sudah mulai dimanfaatkan oleh para pengembang teknologi digital seperti facebook dan sejenisnya. Media sosial sudah dengan "mandiri" menyortir tentang apa dan bagaimana menghadirkan tayangan yang disenangi publik, dan menyortir beberapa diantaranya yang dianggap kurang layak. 

Mungkin kita sering tidak menyadari "kok bisa" akun youtube kita menampilkan tayangan-tayangan yang sebagian besar diantaranya kita senangi atau sedang digandrungi banyak orang. Atau mengapa ada promo produk-produk tertentu yang "nyasar" ke akun facebook kita. Ternyata itu adalah salah satu "ulah" dari AI yang dengan jeli membaca dinamika netizen di dunia maya.

Manusia diciptakan sebagai makhluk paling sempurna. Sebagai makhluk cerdas. Seiring dunia yang begitu dinamis berkembang ini, kecerdasan itu ternyata oleh manusia sudah diduplikasi sedemikian rupa sehingga mampu mengurangi beban berfikir manusia itu sendiri. 

Manusia adalah yang mendesain pemikiran awalnya, sedangkan untuk selanjutnya akan "dipasrahkan" kepada AI sebagai pelaksana. AI memungkinkan semuanya berjalan dengan lebih cepat. 

Menjadikan kita sekarang hidup pada salah satu era tercepat dalam sejarah. Era serba cepat. Mereka yang lambat akan tertinggal, terlindas, dan akhirnya menghilang. 

Sebaliknya yang cepat memiliki kemungkinan lebih baik untuk bersaing menjaga eksistensinya. Era AI adalah era "perang" kecerdasan, pertarungan ide, dan adu kreativitas. Kita yang memilikinya berpotensi untuk menjadi lebih daripada yang lain.

Salam hangat,

Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun