Jangan hanya sekolah-sekolah di kota besar saja yang terkesan hidup, sedangkan sekolah di desa tidak. Bagaimanapun juga masyarakat juga harus ikut memiliki komitmen terhadap peningkatan mutu pendidikan di negeri ini. Sekolah harus benar-benar menjadi tempat "sakral" yang diharapkan menciptakan generasi penerus berkualitas.
Betapa sering kita melihat denyut kehidupan sekolah yang berada di kota besar begitu bertolak belakang dengan sekolah di desa-desa pelosok, meskipun sama-sama berlabel sekolah negeri. Loginyanya, sama-sama sekolah negeri harusnya mutunya pun juga sama.Â
Sarana dan prasarana penunjangnya juga sama. Mutu guru pengajarnya pun seharusnya juga sama. Namun ternyata kenyataannya tidaklah seperti itu. Penulis sering melihat siswa-siswi sekolah negeri di desa yang sepertinya menjalani pendidikan ala kadarnya dan seperti tidak dipedulikan ketika mereka bertingkah "liar".Â
Mungkin ada pengaruh lingkungan yang cenderung acuh terhadap proses belajar mengajar. Sehingga tidak jarang sekolah-sekolah yang berada di desa-desa tertentu dianggap sebagai sekolah yang tidak bermutu.
Inilah Pekerjaan Rumah (PR) yang cukup besar bagi semua pihak yang memiliki concern terhadap perkembangan pendidikan di tanah air. Kita harusnya berpandangan bahwa sebuah lembaga pendidikan hendaknya menulari orang-orang yang hidup di lingkungan sekitarnya untuk ikut menjadi terdidik, bukan sebaliknya lingkungan yang cenderung acuh justru menulari aktivitas belajar di lembaga pendidikan tersebut sehingga membuatnya seperti tak terurus.Â
Sekolah-sekolah di kota terlihat lebih diperhatikan dan lingkungan sekitar pun seperti ikut mengondisikan. Sebenarnya setiap sekolah memiliki potensi yang sama untuk dianggap berkualitas. Semua tergantung pada pengelolaan yang dilakukan.Â
Apakah pengelolaan dilakukan secara profesional ataukah tidak? Apakah daya dukung sarana prasarana pendidikan sudah maksimal diberikan? Mari kita semua kembali berkaca terkait wajah pendidikan kita saat ini.
Salam hangat,
Agil S Habib