Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sistem Zonasi Membuka Kedok Ketidakpercayaan Publik pada Lembaga Pendidikan

29 Juni 2019   10:00 Diperbarui: 8 Juli 2019   03:18 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setiap orang tua pasti mendambakan pendidikan yang terbaik bagi putra-putrinya. Orang tua yang tengah mengantri pendaftaran sekolah anaknya (Sumber gambar : https://www.timesindonesia.co.id)

Dibutuhkan serangkaian proses yang cukup panjang untuk mewujudkan hal itu. Akibatnya banyak orang tua yang belum siap menerima kenyataan tatkala sistem zonasi diberlakukan.

Bagaimanapun juga, berada dalam lingkungan pendidikan dengan iklim pendidikan berkualitas akan ikut memicu lahirnya semangat belajar yang tinggi di kalangan peserta didik. Mereka akan "ketularan" menjadi berkualitas tatkala menjadi bagian dari institusi pendidikan berkualitas. 

Pertanyaannya, yang disebut dengan pendidikan berkualitas itu seperti apa? Parameter apa saja yang mesti dipenuhi oleh sebuah sekolah hingga layak disebut berkualitas? Jika para orang tua murid mengetahui parameter-parameter tersebut maka bukan tidak mungkin pemberlakuan sistem zonasi ini akan lebih berjalan lancar tanpa adanya friksi di masyarakat. 

Masyarakat khususnya para orang tua yang memiliki putra-putri usia sekolah perlu memahami parameter sebuah lembaga pendidikan yang disebut berkualitas. Selama ini kita sering beranggapan sekolah-sekolah disebut favorit apabila para lulusannya banyak yang diterima masuk jenjang pendidikan lanjutan yang juga disebut favorit. 

Dengan kata lain, Sekolah Menengah Pertama (SMP) disebut favorit apabila lulusannya banyak diterima masuk ke Skolah Menengah Atas (SMA) yang juga favorit, dan SMA disebut favorit jika lulusannya banyak diterima masuk ke Perguruan Tinggi yang juga favorit. 

Untuk konteks perguruan tinggi disebut favorit umumnya dilihat dari kemampuan lulusan setelah memasuki dunia kerja, atau melahirkan riset-riset yang berpengaruh di kancah nasional maupun internasional. 

Apakah sekolah berkualitas itu sama artinya dengan sekolah favorit? Belum tentu juga. Karena tidak sedikit dari lulusan sekolah "tidak terkenal" yang justru mampu menghasilkan karya-karya luar biasa.

Kita selama ini sudah terlanjur hanyut dalam stigma sekolah favorit, sekolah unggulan, dan sejenisnya. Padahal setiap sekolah hendaknya selalu berupaya untuk menyajikan pelayanan pendidikan yang berkualitas kepada murid-muridnya. Entah sekolah itu sudah dicap sebagai sekolah unggulan ataupun tidak. 

Bagaimana mungkin kualitas pendidikan akan meningkat jikalau guru-guru pengajarnya sering tidak hadir untuk tugas mengajar? Bagaimana sekolah akan dilabeli baik jika siswa-siswinya dibiarkan berperilaku semena-mena di sekolah? 

Bagaimana mungkin kegiatan belajar mengajar akan berjalan maksimal jikalau fasilitas atau sarana prasarana pendukung pendidikan tidak mumpuni? Sekolah boleh sama-sama berlabel negeri, namun salah satu sekolah memiliki fasilitas komputer sedangkan yang lain tidak. 

Bagaimana hal ini bisa disebut pendidikan yang berimbang?  Mungkin masih ada banyak lagi hal-hal didalam pendidikan kita yang memang perlu mendapatkan pembenahan sekaligus peningkatan mutu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun